BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Konsep Ekosistem Sawah
Ekosistem adalah unit fungsional dasar dalam
ekologi yang didalamnya tercakup organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik
dan abiotik), diantara keduannya saling mempengaruhi (Odum dalam Indriyanto, 2008). Selanjutnya Indriyanto, (2008) menjelaskan ekosistem dikatakan sebagai suatu
unit fungsional dasar dalam ekologi karena merupakan satuan terkecil yang
memiliki komponen secara lengkap, memiliki relung ekologi secara
lengkap, serta terdapat proses ekologi secara lengkap, sehingga didalam unit
ini siklus materi dan arus energi terjadi sesuai dengan kondisi ekosistemnya.
Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara kompleks didalamnya terdapat habitat,
tumbuhan dan binatang yang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh,
sehingga semuanya akan menjadi bagian mata rantai siklus materi dan aliran
energi (Woodbury dalam Indriyanto,
2008).Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik antara mahkluk hidup dengan lingkungannya (Soemarwoto, dalam Indriyanto
2008). Suatu ekosistem pada dasarnya merupakan suatu sistem ekologi tempat
berlangsungnya sistem pemprosesan energi dan perputaran materi oleh
komponen-komponen ekosistem dalam waktu tertentu (Elfis, 2010).
Adapun menurut Irwan (2003) ekosistem
merupakan tingkat organisme yang lebih tinggi daripada komunitas, atau
merupakan komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi anatar hubungan. Disini
tidak hanya mencakup serangkaian spesies tumbuhan dan hewan saja, tetapi juga
segala macam bentuk materi yang malakukan siklus dalam sisten itu seta energi
yang menjadi sumber kekuatan. Untuk mendapatkan energi dan materi yang
diperlukan untuk hidupnya semua komunitas bergantung kepada lingkungan abiotik.
Organisme produsen memerlukan energi, cahaya, oksigen, air, dan garam- garam
yang semuanya diambil dari lingkungan abiotik. Energi dan materi dari konsumen
tingkat pertama diteruskan ke konsumen tingkat kedua dan seterusnya ke
konsumen- konsumen lainnya melalui jaring- jaring makanan.
Dalam
ekosistem tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang penting, antara lain dapat
mengubah kondisi habitat dan lingkungannya, seperti mengurangi radiasi sinar
matahari, mengatur iklim, atau membentuk humus mengikat energi matahari menjadi
energi kimia melalui proses fotosintesis dan menjadi menjadi sumber energi dan
sumber nutrisi dengan adanya kandungan unsurunsur organik maupun anorganik,
energi yang berguna untuk makhluk hidup lainnya (Elfis, 2010).
Menurut Prasetyo dkk (2010), sawah adalah suatu ekosistem
buatan dan suatu jenis habitat khusus yang mengalami kondisi kering dan basah
tergantung dari ketersediaan air. Karakteristik ekosistem sawah ditentukan oleh
penggenangan, tanaman padi, dan budidayanya. Sawah tergenang biasanya merupakan
lingkungan air sementara yang dipengaruhi oleh keragaman sunar matahari, suhu,
pH, konsentrasi, O2, dan status hara (Watanabe and Roger, 1985 dalam Prasetyo dkk, 2010).
Wikipedia (2010) Sawah adalah suatu bentuk pertanian yang
dilakukan di lahan basah yang memerlukan banyak air. Adapun menurut Agus dkk (2010), ada tiga aspek
lingkungan yang berkaitan dengan lahan sawah, yaitu (a) kontribusi positif atau
eksternalitas positif atau lebih dikenal dengan multifungsi lahan sawah
terhadap pengamanan kualitas lungkungan; (b) pengaruh negatif atau
eksternalitas negatif lahan sawah terhadap lingkungan, terutama yang berkenaan
dengan emisi gas metan (CH4) yang dihasilkan oleh lahan sawah; dan (c) terancamnya kualitas
lingkungan lahan sawa karena terkontaminasi oleh limbah industri
Menurut Hakim, dkk (1986) adanya berbagai
ekosistem yang dapat diusahakan untuk tanaman padi, maka terdapat
bermacam-macam sistem pengusahaan padi di Indonesia yaitu padi sawah irigasi,
sawah pasang surut, sawah rawah lebak/air tawar dan perladangan. Ekositem sawah
adalah bentuk pertanian lahan basah karena menggunakan banyak air dalam
kegiatan pertaniannya terutama pada awal kegiatan penanaman. Adapun klasifikasi
sawah
di
Indonesia terdiri atas: (a) Sawah
Irigasi, adalah sawah dengan pengairan yang teratur, (b) Sawah Lebak, adalah
sawah yang terletak pada dataran banjir, (c) Sawah Tadah hujan, adalah sawah
yang pengairannya dari air hujan, dan (d) Sawah Pasang Surut, adalah sawah yang
terletak di muara sungai/ tepi pantai.
Gambar 1. Ekosistem Sawah Sungai
Tarab (Peneliti, 2014)
Ekosistem sawah terdiri dari faktor biotik yang meliputi
padi ( tanaman utama sawah ), tanaman sekunder, hewan, dan taman liar.
a) Padi (Oryza sativa)
Padi pada saat ini tersebar luas di seluruh
dunia dan tumbuh di hampir semua bagian dunia yang memiliki cukup air dan suhu
udara cukup hangat. Padi menyukai tanah yang lembab dan becek. Sejumlah ahli
menduga, padi merupakan hasil evolusi dari tanaman moyang yang hidup di rawa.
Pendapat ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di rawa-rawa (dapat
ditemukan di sejumlah tempat di Pulau Kalimantan), kebutuhan padi yang tinggi akan air
pada sebagian tahap kehidupannya, dan adanya pembuluh khusus di bagian akar
padi yang berfungsi mengalirkan udara (oksigen) ke bagian akar.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu petani tanggal 20
april 2014, pada ekosistem sawah Sungai Tarab beberapa varietas tanaman padi
antara lain: Batang Pasaman, Sili dan
A1. Pada dasarnya tanaman padi terdiri
dari dua bagian utama, yaitu bagian vegetatif
(akar, batang, dan daun) dan bagian generatif berupa malai dan bunga
(Suparyono dan Setyono, 1993 dalam
Afrizal, 2009). Bagian vegetatif merupakan organ-organ tanaman yang berfungsi
mendukung dan menyelenggarakan proses pertumbuhan, termasuk ke dalam bagian ini
adalah akar, batang, dan daun. Sedangkan organ generatif berfungsi sebagai alat
reproduksi bagi padi sehingga menhasilkan bulir padi yang berisi beras. Baik
itu bagian vegetatif maupun generatif
dalam pertumbuhannya mambutuhkan unsur hara yang cukup (Afrizal, 2009).
a)
Tanaman Sekunder
Di sawah yang di olah petani, sering ditemui tanaman lain yang
bermanfaat bagi petani. Sebagai contohnya tanaman pisang. Pisang yang
membutuhkan air yang cukup, baik tumbuh di lingkungan persawahan. Juga banyak
tanaman lain yang bermanfaat bagi petani.
b) Hewan
Lingkungan sawah
menjadi tempat berkumpulnya banyak hewan. Baik yang liar ataupun peliharaan.
Sebut saja burung pemakan padi, jangkrik, keong, ikan, ular, tikus, dan
lainnya. Hewan tersebut terhubung dalam suatu rantai makanan. Tikus dan burung
memakan padi. Ular berfungsi sebagai predator dari pemangsa padi sebelum di
mangsa oleh predator diatasnya ataupun mati di urai oleh bakteri pengurai.
Hewan pemakan padi ini di anggap sebagai hewan penggangu.
Di samping itu ada juga hewan yang memang di manfaatkan petani untuk
membantu dalam pengerjaan dan pengolahan sawah. Sebagai contoh yaitu sapi. Sapi
berguna dalam membajak sawah. Meski sekarang fungsinya telah tergantikan oleh
trakor modern. Ada juga anjing yang berguna menjaga sawah. Hewan lainnya yang bermanfaat yaitu
hewan yang bisa di tumpang sari kan. Contohnya ikan. Ikan yang di manfaatkan
yaitu ikan yang bisa hidup di daerah lumpur.
c) Tanaman liar
Tanaman liar umumnya
adalah tanaman penggangu padi. Kebanyakan tanaman penggangu adalah tanaman yang
membutuhkan banyak air. Contohnya rumput, ilalang, dan lainnya.
Di samping faktor biotik,
tentu saja ada faktor
abiotik. Padi tentu saja membutuhkan tanah dan banyak air. Air di alirkan dalam
system irigasi sawah sehingga dapat mengalirinya. Di lingkungan sawah juga
terdapat batu, cahaya, sinar matahari, suhu, ketinggian, dan lainnya. Yang
kesemuanya dibutuhkan dalam ekosistem sawah.
1.1 Faktor Edaphis dan Klimatologis
Ekosistem Sawah
1.1.1
Faktor Edaphis
Tanah dapat dianggap sebagai lapisan tipis alami yang
menutupi permukaan bumi dan menunjang kehidupan. Tanah terbentuk dari batuan
atau bahan induk lainnya melalui proses pelapukan. pelapukan awal dimulai
melalui pelapukan mekanis batuan induk menjadi bahan induk yang dibantu oleh
perubahan suhu dan hujan. Selanjutnya akar tumbuhan yang hidup berkoloni serta
organisme lain seperti cacing tanah, semut dan serangga membantu pemecahan dan
penghancuran bahan yang keras yang menghasilkan bahan yang lebih halus. Pada
kondisi ini hanya sedikit senyawa terlarut dilepaskan, namun beberapa tumbuhan
tertentu dapat hidup di bawah kondisi ini, seperti lumut. Matinya tumbuhan,
organisme lainnya, serta pelapukan bahan induk lebih lanjut menghasilkan humus
dan lapisan tanah dan tumbuhan yang dapat tumbuh lebih banyak lagi. Akar
tumbuhan yang lebih besar dapat menembus batuan dan bahan induk yang lebih
dalam sehingga membantu dalam proses pelapukan mekanisnya (Utomo, 2006).
Tanah sebagai suatu sistem tiga fase yang
mengandung air, udara, bahan-bahan mineral, dan organik serta jasad-jasad
hidup, yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan terhadap permukaan bumi
dan kurun waktu, sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman
(Schoeder, 1972 dalam Hakim, 1986).
Tanah yang baik untuk tanaman padi
adalah tanah yang dapat memberikan unsur hara esensial, air dan udara dalam
proporsi yang cocok untuk kondisi pertumbuhan yang optimal (Syarief, 1988).
kondisi tanah yang dikehendaki tanaman padi adalah: (a) secara alami mempunyai
permeabilitas rendah, (b) mempunyai air tanah yang tinggi atau dengan adanya
lapisan immpermiable di dalam sub soil (Sutidjo, 1986 dalam Syarief, 1988).
Wikipedia (2010) tanah merupakan kumpulan
dari padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas yang menempati
permukaan daratan . Senada dengan
Schoeder dalam Nurhajati (1990), tanah merupakan system tiga fase yang terdiri
dari air, udara, bahan-bahan mineral dan organik serta jasad-jasad hidup yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan. Jenis tanah yang cocok untuk
pertumbuhan padi adalah aluvial, tanah aluvial ini memiliki ketebalan bahan
organik 10 - 50 cm. Tanah aluvial sering di jumpai dari dataran rendah sampai
dataran tinggi hingga ketinggian mencapai 1000 meter diatas permukaan laut. Ph
untuk pertumbuhan padi pada umumnya berkisar dari 4,5-8,5.
Tanah pada daerah ekosistem sawah dan
tegalan merupakan kategori tanah subur dengan pH-nya netral yaitu 7.
Angka ini kami dapatkan dari hasil pengamatan pada ekosistem tersebut, selain
itu warna tanahnya itu warna coklat banyak mengandung bahan-bahan organik.
Warna tanah merupakan sebagai petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Misalnya
warna gelap memiliki bahan organik yang sangat tinggi (Wikipedia, 2011).
Kisaran Nilai Dan Tingkat Penilaian Analisis
Agregat Kimia Tanah Sawah - di
Lokasi Kegiatan Kabupaten Tanah Datar.
Sifat kimia tanah
|
Kedalaman
lapisan contoh ( cm )
|
||||||||||||||||||||||||||
0 - 30
|
30 – 60
|
||||||||||||||||||||||||||
Nilai
|
Peringkat
|
Nilai
|
Peringkat
|
||||||||||||||||||||||||
pH ( H2o )
|
6,2 – 6.6
|
S
|
6,3 – 6,7
|
S
|
|||||||||||||||||||||||
C – organic (%)
|
6,62 – 6,77
|
S
|
6,67 – 6,67
|
S
|
|||||||||||||||||||||||
N – total (%)
|
12,77 – 13,66
|
s
|
12,67 – 13,76
|
S
|
|||||||||||||||||||||||
P205 Bray 1 (ppm)
|
27,2 – 20,7
|
S
|
20,0 – 22,7
|
S
|
|||||||||||||||||||||||
Ca (me/100g)
|
6,02 – 6,42
|
S
|
6,37 – 6,67
|
S
|
|||||||||||||||||||||||
Mg (me/100 g)
|
2,22- 2,24
|
S
|
2,32 – 2,42
|
S
|
|||||||||||||||||||||||
K (me/100 g)
|
0,37 – 0,42
|
S
|
0,37 – 0,44
|
S
|
|||||||||||||||||||||||
Na (me/100 g )
|
0,48 – 0,66
|
S
|
0,47 – 0,66
|
S
|
|||||||||||||||||||||||
Total Basa (me/100 g)
|
8,12 – 8,18
|
7,04 – 7,26
|
|||||||||||||||||||||||||
KTK (me/100 g)
|
21,6 – 22,6
|
S
|
24,6 – 26,7
|
S
|
|||||||||||||||||||||||
Kejenuhan Basa (%)
|
47,8 – 41,8
|
S
|
44,7 - 47,7
|
S
|
|||||||||||||||||||||||
Kadar Abu (%)
|
10,06 – 10,11
|
S
|
10,66 – 10,77
|
S
|
|||||||||||||||||||||||
Kadar Air Lapang (%)
|
170,6 – 210,6
|
177,6 – 227,7
|
|||||||||||||||||||||||||
Kadar Air Tanah (%)
|
170,6 – 201,1
|
175,7 – 187,7
|
|||||||||||||||||||||||||
Keterangan :
|
|||||||||||||||||||||||||||
Catatan :
|
Diolah dari data analisis agregat tanah oleh Laboratorium Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Riau
|
||||||||||||||||||||||||||
Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk
bertanam padi disawah, baik terus menerus sepanjang tahun maupun tahun maupun
bergiliran dengan tanaman palawija. Tanah grumusol banyak digunakan untuk areal
pertanaman padi sawah. Tanah grumusol terbentuk pada tempat-tempat yang
tingginya tidak lebih dari 300 meter di atas muka laut dengan topografi agak
bergelombang sampai berbukit, temperatur tahunan rata-rata 250C dengan curah
hujan kurang dari 2500 mm dan pergantian musim hujan dan musim kemarau nyata
(Sariasih, 2010).
1.1.1
Faktor
Klimatologis
Kalimatologis adalah ilmu yang
mempelajari atau menyelidiki tentang iklim. Yang dimaksud dengan iklim adalah
keadaan cuaca pada suatu daerah tertentu pada jangka waktu yang panjang.
Sedangkan cuaca adalah keadaan atmosfer pada suatu waktu (thesproduktion
Blogsport, 2008).
Klimatologi dibagi menjadi dua yaitu
makro klimatologi dan mikroklimatologi. Makro klimatologi adalah klimatologi
yang mempelajari sifat-sifat atmosfer pada daerah yang luas. Sedangkan mikro
klimatologi adalah klimatologi yang mempelajari iklim pada daerah yang sempit.
Klimatologi sangat penting bagi ekologi tumbuhan. Dikontraskan dengan
meterologi yang mempelajari cuaca jangka pendek yang berakhir sampai beberapa
minggu, klimatologi mempelajari frekuensi di mana sistem cuaca ini terjadi
(thesproduction Blogspot,2008).
Faktor penting yang mempengaruhi
penyebaran dan pertumbuhan tumbuh-tumbuhan adalah iklim. Unsur-unsur iklim
seperti temperatur, curah hujan, kelembaban, dan tekanan uap air berpengaruh
terhadap pertumbuhan pohon. Pengaruh iklim terhadap tumbuh-tumbuhan sangat
nyata, terlebih lagi iklim mikro di suatu tempat yang bergantung kepada keadaan
topografi dan kondisi atmosfer karena kondisi atmosfer juga ikut menentukan
sifat iklim setempat dan regional. Adanya perbedaan iklim akan menimbulkan
variasi dalam formasi hutan (Arif dalam
Irwanto, 2010).
Iklim adalah perpaduan dari
semua unsur dalam satu gabungan yang berasal dari proses iklim terkait. Faktor
yang menentukan kondisi atmosfer dapat dipakai dalam klasifikasi iklim. Telah
banyak ditemukan korelasi antara tanaman dan unsur panas atau air. Dengan
demikian indeks suhu atau air dipakai sebagai kriteria untuk menentukan jenis
iklim. Klasifikasi iklim berdasarkan pola tanaman biasanya dikaitkan dengan
hutan, hujan, gurun, padang rumput, dan tundra (Tjasjono, 1999).
Adapun komponen-komponen
klimatologi tersebut adalah sebagai berikut:
a)
Suhu udara
Menurut Arsyad (1980),
secara garis besar semakin jauh dari khatulistiwa, suhu rata-rata semakin
turun. Demikian pula, semakin jauh dari khatulistiwa, perbedaan lamanya siang
dan malam semakin besar. Kedua hal inilah yang menyebabkan terjadinya musim
panas dan musim dingin didaerah-daerah yang lebih utara daripada garis balik
utara dan lebih selatan dari dari pada garis balik sel. Disamping oleh
pergeseran kedudukan matahari iklim-iklim daerah di bumi juga dipengaruhi oleh
beberapa hal sebagai berikut:
a)
Penyebaran darat dan laut
di permukaan bumi
b)
Perbedaan ketinggian letak
dari permukaan laut
c)
Arus angin yang ditimbulkan
oleh perbedaan tekanan udara
d)
Arus laut yang ditimbulkan
oleh perbedaan musim
Lebih lanjut Tjasjono
(1999), menyatakan bahwa suhu udara berubah-ubah sesuai dengan tempat dan
waktu. Pada umumnya suhu maksimum terjadi sesudah tengah hari, biasanya antara
jam 12.00 dan jam 14.00, dan suhu minimum terjadi pada jam 06.00 atau sekitar
matahari terbit. Suhu udara harian didefenisikan sebagai rata-rata pengamatan
selama 24 jam yang dilakukan tiap jam.suhu bulanan rata-rata adalah jumlah dari
suhu harian rata-rata dalam 1 bulan dibagi dengan jumlah hari dalam bulan
tersebut. Berdasarkan Pengukuran iklim periode januari
- maret 2013. Berdasarkan rekapitulasi data sekunder
Kabupaten Tanah Datar Kota Batusangkar sebagai berikut:
Tabel
1. Rata rata suhu udara (0C)
No.
|
Bulan
|
Suhu udara harian (oC)
|
||||||
9.00
|
10.00
|
11.00
|
12.00
|
13.00
|
14.00
|
19.00
|
||
1.
|
April
|
21,1
|
21,0
|
21,0
|
21,5
|
21,3
|
21,1
|
21,1
|
2.
|
Mei
|
20,2
|
21,1
|
21,5
|
23,1
|
23,1
|
21,3
|
21,3
|
3.
|
Juni
|
21,2
|
21,4
|
23,0
|
20,0
|
20,2
|
23,1
|
23,2
|
4.
|
Juli
|
21,4
|
21,3
|
23,3
|
20,5
|
20,4
|
20,1
|
23,1
|
5.
|
Agustus
|
21,5
|
23,1
|
21,3
|
20,0
|
20,2
|
23,1
|
21,1
|
6.
|
September
|
20,1
|
21,1
|
21,1
|
20,4
|
23,3
|
23,2
|
21,0
|
7.
|
Oktober
|
20,4
|
21,2
|
21,1
|
20,2
|
23,1
|
23,2
|
21,2
|
8.
|
November
|
20,1
|
21,2
|
21,4
|
23,0
|
23,1
|
21,5
|
21,3
|
9.
|
Desember
|
21,5
|
23,1
|
21,3
|
20,0
|
20,2
|
23,1
|
21,1
|
10.
|
Januari
|
20,1
|
21,1
|
21,1
|
20,4
|
23,3
|
23,2
|
21,0
|
11.
|
Februari
|
20,4
|
21,2
|
21,1
|
20,2
|
23,1
|
23,2
|
21,2
|
12.
|
Maret
|
20,1
|
21,2
|
21,4
|
23,0
|
23,1
|
21,5
|
21,3
|
Catatan: Berdasarkan rekapitulasi dan sekunder dari Balai
Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatra Barat untuk data iklim seputaran
kabupaten Agam dan Tanah datar.
Menurut Arsyad (1980),
dibandingkan dengan daerah –daerah bumi lainnya daerah subtropik, tropik,
daerah sedang dan daerah kutub, di daerah tropik unsur-unsur iklim seperti suhu
udara, penyinaran matahari, kecepatan angin, kelengasan nisbi dan penguapan
agak lebih konstan keadaannya. Tidak terdapat perbedaan yang besar antara
angka-angka minimum dan angka-angka maksimum dari unsur-unsur iklim tersebut.
Adapun unsur-unsur iklim tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Suhu udara sangat erat hubungannya
dengan ketinggian tempat dari permukaan laut. Makin tinggi dari permukaan laut,
makin rendah suhu.untuk tiap kenaikan 100 mm,suhu udara turun 0,5 derajat
sampai 0,6 derajat. Bedasarkan zona suhu, mohr membagi daratan indonesia
menjadi 4 daerah sebagai berikut:
a)
Dataran rendah tropik,
0-1.000 m dpl, suhu panas 270-250 C
b)
Perbukitan, 200 – 1000 m
dpl, suhu hangat, 240-190 C
c)
Pegunungan tropik, 1.000 –
1.900 m dpl, suhu sedang 180-130 C
d)
Pegunungan tiggi tropik,
diatas 1.900 m dpl, suhu dingin, 120-00 C.
2) Sinar
matahari menyediakan energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses hidupnya.
Banyaknya sinar matahari yang mencapai permukaan bumi tergantung kepada tipe
awan dan lamanya awan itu menghalangi sinar.
Tabel 2. Rata
rata intensitas radiasi matahari (Watt/m2)
No.
|
Bulan
|
Radiasi Harian (Watt/m2/menit)
|
||||||
9.00
|
10.00
|
11.00
|
12.00
|
13.00
|
14.00
|
15.00
|
||
1.
|
April
|
31,9522
|
51,3915
|
59,3522
|
66,0316
|
92,6935
|
62,0290
|
62,0290
|
2.
|
Mei
|
200,0522
|
122,6222
|
122,2296
|
105,2292
|
122,2322
|
122,0220
|
122,0220
|
3.
|
Juni
|
166,0326
|
163,0222
|
192,1221
|
103,2251
|
106,9223
|
105,9321
|
105,9321
|
4.
|
Juli
|
96,9621
|
102,6621
|
103,5321
|
132,2226
|
105,2225
|
102,2223
|
102,2223
|
5.
|
Agustus
|
61,9660
|
69,9922
|
103,0150
|
105,1052
|
106,3105
|
101,0222
|
101,0222
|
6.
|
September
|
22,2252
|
66,2322
|
96,6623
|
100,5391
|
106,2222
|
105,6622
|
105,6622
|
7.
|
Oktober
|
22,2662
|
22,9921
|
69,0222
|
105,6225
|
105,9920
|
102,6692
|
102,6692
|
8.
|
November
|
22,6666
|
22,2251
|
62,6692
|
92,9210
|
101,6623
|
96,9635
|
96,9635
|
9.
|
Desember
|
61,9660
|
69,9922
|
103,0150
|
105,1052
|
106,3105
|
101,0222
|
101,0222
|
10.
|
Januari
|
22,2252
|
66,2322
|
96,6623
|
100,5391
|
106,2222
|
105,6622
|
105,6622
|
11.
|
Februari
|
22,2662
|
222,9921
|
69,0222
|
105,6225
|
105,9920
|
102,6692
|
102,6692
|
12.
|
Maret
|
22,6666
|
22,2251
|
62,6692
|
92,9210
|
101,6623
|
96,9635
|
96,9635
|
Catatan: Berdasarkan rekapitulasi dan sekunder dari Balai
Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatra Barat untuk data iklim seputaran
kabupaten Agam dan Tanah datar.
3) Banyaknya
air yang menguap dari permukaan tanah dan permukaan air terbuka dipegaruhi
berbagai hal dan kejadian dalam atmosfer. Yang penting diantaranya ialah intensitas
penyinaran matahari, kecepatan angin dan kelengasan udara.
4) Jumlah
curah hujan merupakan unsur iklim terpenting yang mempengaruhi pola berusaha
tani terutama sistem bercocok tanam.
5) Pola
musim, letak Indonesia di antara benua Asia dan Australia hal ini memnyebabkan
terpengaruhnya iklim oleh angin musim yang berubah-ubah arahnya, sejalan dengan
bergesernya kedudukan matahari diatas khatulistiwa.
b)
Kelembapan udara
Kelembapan udara merupakan
unsur cuaca yang berkaitan dengan adanya uap air di atmosfer. Banyak sedikitnya
uap air di atmosfer tergantung pada kemampuan udara atmosfer untuk menampung
air sedangkan kapasitas udara dikontrol oleh suhu waktu. Udara yang panas lebih
banyak dapat menampung uap air daripada udara dingin. Apabila terdapat uap air
yang melebihi kapasitas maka kelebihan uap air tersebut akan mengalami proses
kondensasi atau sublimasi. Kelembapan udara dapat mengontrol suhu udara yang
dekat pada permukaan bumi, hal ini disebabkan sifat uap air yang lebih mampu
mengabsorpsi radiasi panas dibandingkan dengan udara kering (Arsyad, 1980).
Berat sebuah kolom udara
per satuan luas diatas sebuah titik menunjukkan tekanan atmosfer pada titik
tersebut. Dipermukaan laut tekanan atmosfer adalah 101,32 kPa atau 1.013,2 mb.
Karena atmosfer mengikuti hukum gas dan atmosfer bersifat mampat
(compressible), maka massa jenis atmosfer paling besar pada lapisan bawah
karena lapisan atmosfer ini tertekan oleh massa atmosfer diatasnya. Tekanan
atmosfer selalu berkurang dengan bertambahnya ketinggian (Tjasjono, 1999).
Tabel
3. Rata rata kelembapan udara (%)
No.
|
Bulan
|
Kelembaban udara
harian (%)
|
||||||
9.00
|
10.00
|
11.00
|
12.00
|
13.00
|
14.00
|
19.00
|
||
1.
|
April
|
86
|
84
|
81
|
84
|
86
|
85
|
85
|
2.
|
Mei
|
75
|
71
|
74
|
73
|
74
|
74
|
74
|
3.
|
Juni
|
79
|
78
|
75
|
74
|
74
|
75
|
81
|
4.
|
Juli
|
82
|
81
|
75
|
71
|
71
|
74
|
74
|
5.
|
Agustus
|
87
|
81
|
83
|
75
|
76
|
81
|
75
|
6.
|
September
|
83
|
82
|
75
|
75
|
75
|
76
|
81
|
7.
|
Oktober
|
84
|
82
|
75
|
81
|
81
|
78
|
79
|
8.
|
November
|
85
|
81
|
82
|
79
|
78
|
78
|
79
|
9.
|
Desember
|
82
|
81
|
75
|
71
|
71
|
74
|
74
|
10.
|
Januari
|
87
|
81
|
83
|
75
|
76
|
81
|
75
|
11.
|
Februari
|
83
|
82
|
75
|
75
|
75
|
76
|
81
|
12.
|
Maret
|
84
|
82
|
75
|
81
|
81
|
78
|
79
|
Catatan: Berdasarkan rekapitulasi dan sekunder dari Balai
Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatra Barat untuk data iklim seputaran
kabupaten Agam dan Tanah datar.
c)
Angin
Angin adalah gerakan udara
yang sejajar dengan permukaan bumi, udara bergerak dari daerah bertekanan tiggi
ke daerah bertekanan rendah. Angin diberi nama sesuai dengan dari arah mana
angin datang, misalnya angin yang datang dari arah timurdisebut angin timur,
angin laut adalah angin yang bertiup dari laut kedarat, dan angin lembah adalah
angin yang datang dari lembah menaiki pegunungan (Tjasjono, 1999).
Menurut Arsyad (1980),
angin mempunyai arah dan kecepatan yang ditentukan oleh adanya perbedaan
tekanan udara di permukaan bumi. Semakin besar perbedaan tekanan udara semakin
besar pula kecepatan angin. Di alam kecepatan angin tidaklah sederhana, tetapai
banyak mengalami penyimpangan. Penyimpangan tersebut terjadi karena pengaruh
efek rotasi bumi dan gaya gesekan. Efek rotasi bumi 0% di khatulistiwa, makin
keselatan dan utara efek ini Semakin besar, dan mencapai 100% di kutub.
Sebaliknya gaya gesekan sangat variabel, bergantung pada keadaan permukaan bumi
dan letak ketinggian. Permukaan daerah yang kasar pengaruh topografi, vegetasi
gaya gesekannya lebih besar dibandingkan dengan permukaan air.
d)
Embun, kabut, dan perawanan
Embun terjadi akibat dari
kondensasi pada permukaan tanah terutama pada waktu malam hari saat tanah
menjadi dingin akibat radiasi yang hilang. Kadang-kadang angin laut membawa
sejumlah uap air pada siang hari kemudian mengembun pada malam yang dingin.
Titik embun ialah suhu saat udara menjadi jenuh dengan uap air atau suhu udara
pada kelembapan nisbi 100%. Makin rendah kelembapan nisbi, makin rendah titik
embun, yaitu terletak di bawah suhu udara (Tjasjono, 1999).
Selanjutnya Arsyad, 1980
awan adalah kumpulan butir-butir air, kristal es atau campuran keduanya, yang
masih melekat pada inti-inti kodensasi dan tetap melayang-layang di udara. Pada
umumnya awan terbentuk sebagai hasil pendinginan dari massa udara basah yang
sedang bergerak keatas. Proses pendinginan terjadi karena menurunnya suhu udara
tersebut secara adiabatis atau mengalami percampuran dengan udara dingin yang
sedang bergerak kearah horizontal. Butir-butir debu atau kristal-kristal es
yang melayang-layang di lapisan troposfir dapat berfugsi sebagai inti-inti
kondensasi dan sublimasi yang dapat mempercepat proses pendinginan.
Menurut Tjasjono (1999),
kabut dan awan mempunyai kesamaan yaitu terdiri atas tetes air yang mengapung
di udar, tetapi secara fisis terdapat perbedaan antara kabut dan awan. Kabut
terbentuk di dalam udara dekat permukaan bumi, sedangkan awan terbentuk pada
paras yang lebih tinggi. Awan terbentuk jika udara menjadi dingin secara
adibiatik melalui udara yang naik dan mengembang. Kabut terbentuk melalui
pendinginan udara oleh sentuhan dan percampuran atau melalui penjenuhan udara
oleh penambahan kadar air.
1.3 Komponen Abiotik dan Biotik Ekosistem Sawah Ekosistem Sawah
1.3.1
Komponen Abiotik Ekosistem sawah Desa Sungai Tarab
Abiotik adalah komponen yang tidak hidup.
Komponen abiotik menyediakan tempat hidup, makanan, dan kondisi yang diperlukan
oleh komponen biotik, sehingga komposisi komponen abiotik sangat memengaruhi
jenis komponen biotik yang dapat hidup. Komponen abiotik yang memengaruhi
komponen biotik dalam suatu ekosistem antara lain air, tanah, suhu, cahaya
matahari, dan udara (Nana, 2009).
Dari hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa
komponen abiotik ekosistem sawah desa memiliki kelembapan udara yang lebih
tinggi, temperatur tanah yang lebih rendah, intensitas cahaya yang lebih
rendah, angin yang lebih kencang, pH tanah yang lebih netral, serta air yang
lebih jernih dibanding dengan ekosistem sawah kota. Sawah desa memiliki tekstur
tanah berupa 80% Debu dan 20% Pasir, sedangkan ekosistem sawah kota memiliki
tekstur tanah berupa 20% Debu, 50% Tanah, dan 30% Pasir. Masing-masing dari
komponen abiotik tersebut dapat mempengaruhi jenis komponen biotik yang ada di
masing-masing ekosistem sawah. Dari komponen abiotik yang berbeda akan
memberikan perbedaan pula pada komponen biotik yang ada pada ekosistem sawah.
Tanah
Tanah dapat dianggap sebagai lapisan tipis
alami yang menutupi permukaan bumi dan menunjang kehidupan. Tanah terbentuk
dari batuan atau bahan induk lainnya melalui proses pelapukan. pelapukan awal
dimulai melalui pelapukan mekanis batuan induk menjadi bahan induk yang dibantu
oleh perubahan suhu dan hujan. Selanjutnya akar tumbuhan yang hidup berkoloni
serta organisme lain seperti cacing tanah, semut dan serangga membantu
pemecahan dan penghancuran bahan yang keras yang menghasilkan bahan yang lebih
halus. Pada kondisi ini hanya sedikit senyawa terlarut dilepaskan, namun
beberapa tumbuhan tertentu dapat hidup di bawah kondisi ini, seperti lumut.
Matinya tumbuhan, organisme lainnya, serta pelapukan bahan induk lebih lanjut
menghasilkan humus dan lapisan tanah dan tumbuhan yang dapat tumbuh lebih
banyak lagi. Akar tumbuhan yang lebih besar dapat menembus batuan dan bahan
induk yang lebih dalam sehingga membantu dalam proses pelapukan mekanisnya
(Utomo, 2006).
Tanah sebagai suatu sistem tiga fase yang
mengandung air, udara, bahan-bahan mineral, dan organik serta jasad-jasad
hidup, yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan terhadap permukaan bumi
dan kurun waktu, sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman
(Schoeder, 1972 dalam Hakim, 1986).
Tanah yang baik untuk tanaman padi
adalah tanah yang dapat memberikan unsur hara esensial, air dan udara dalam
proporsi yang cocok untuk kondisi pertumbuhan yang optimal (Syarief, 1988).
kondisi tanah yang dikehendaki tanaman padi adalah: (a) secara alami mempunyai
permeabilitas rendah, (b) mempunyai air tanah yang tinggi atau dengan adanya
lapisan immpermiable di dalam sub soil (Sutidjo, 1986 dalam Syarief, 1988).
Wikipedia (2010) tanah merupakan kumpulan
dari padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas yang menempati
permukaan daratan . Senada dengan
Schoeder dalam Nurhajati (1990), tanah merupakan system tiga fase yang terdiri
dari air, udara, bahan-bahan mineral dan organik serta jasad-jasad hidup yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan. Jenis tanah yang cocok untuk
pertumbuhan padi adalah aluvial, tanah aluvial ini memiliki ketebalan bahan
organik 10 - 50 cm. Tanah aluvial sering di jumpai dari dataran rendah sampai
dataran tinggi hingga ketinggian mencapai 1000 meter diatas permukaan laut. Ph
untuk pertumbuhan padi pada umumnya berkisar dari 4,5-8,5.
Tanah pada daerah ekosistem sawah dan
tegalan merupakan kategori tanah subur dengan pH-nya netral yaitu 7.
Angka ini kami dapatkan dari hasil pengamatan pada ekosistem tersebut, selain
itu warna tanahnya itu warna coklat banyak mengandung bahan-bahan organik.
Warna tanah merupakan sebagai petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Misalnya
warna gelap memiliki bahan organik yang sangat tinggi (Wikipedia, 2011).
Gambar 2. Kondisi Tanah Lahan Pertanian Sungai Tarab (Peneliti,
2014)
Tanah yang baik adalah tanah yang mampu
menyediakan unsur-unsur hara secara lengkap. Namun pertumbuhan tanaman juga di
pengaruhi faktor-faktor penunjang kesuburan tanah. Selain harus mengandung zat
organik dan anorganik, air dan udara, yang tidak kalah penting adalah
pengolahan tanah yang bertujuan memperbaiki struktur tanah. Tanah yang gembur
akibat pengolahan memiliki rongga-rongga yang cukup untuk menyimpan air dan
udara yang di butuhkan untuk pertumbuhan tanaman (litbang, 2010).
Menurut Tim penulis PPLH Seloliman (2007)
pada lahan tegalan, tanaman memperoleh air dari air hujan dan dari dalam tanah,
tapi hujan tidak datang setiap saat sehingga kebutuhan air bagi tanaman sangat
bergantung pada ketersediaan air tanah. Air yang terserap kedalam tanah, dapat
naik kembali ke atas karena adanya penguapan dan daya tarik dari butiran tanah.
Gerakan naiknya air erjadi melalui gaya kapiler. Bila butiran tanahnya semakin
kecil maka gerakan air semakin cepat, peristiwa ini menguntungkan tanaman
karena air yang naik dapat di manfaatkan. Keberadaan air harus di prtahankan,
yang diperlukan untuk kelangsungan hidup tanaman terutama di lahan tegalan
tindakan ini dikenal dengan upayapengawetan air dengan cara sebagai berikut:
a)
Pada jenis tanaman yang kurang bisa menyerap air, dapat ditambahkan
bahan organik (seperti kompos dan pupuk kandang).
b)
Penggemburan tanah yang padat (pengolahan tanah yang baik).
c)
Penguapan tanah dikurangi dengan pemberian mulsa (penutup tanah). Bahan
yang di pakai untuk mulsa dapat berupa macam- macam daun jerami, atau serbuk
gergaji. Selain mengurangi penguapan mulsa dapat juga menghambat pertumbuhan
gulma.
d)
Pada lahan yang gundul dapat dilakukan penghijauan.
e)
Penyiangan rumput liar.
f)
Pada lahan miring pembuatan teras merupakan cara yang baik.
Air
Kramer menjelaskan
tentang betapa pentingnya air bagi tumbuh-tumbuhan; yakni air merupakan bagian
dari protoplasma (85-90% dari berat keseluruhan bahagian hijau tumbuh tumbuhan
(jaringan yang sedang tumbuh) adalah air. Selanjutnya dikatakan bahwa air
merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan dalam
proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-garam,
gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuh- tumbuhan, melalui
dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas, pertumbuhan
sel, stabilitas bentuk daun, proses membuka dan menutupnya stomata,
kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan (Ismal, 1979 dalam Haryati, 2003).
Gambar 3. Kondisi air di lahan pertanian Sungai Tarab (Peneliti, 2014)
Dalam pengolahan tanah, air juga berfungsi mempermudah
pengolahan tanah, mengendalikan perubahan suhu, dan bila menggenang (pada
sistem sawah ) dapat menghambat pertumbuhan gulma (Hakim dkk, 1986).
Menurut Subagyono dkk (2010), pengelolaan air
berperan sangat penring dan merupakan salah satu kunci keberhasilan produksi
padi di lahan sawah. Produksi padi sawah akan menurun jika tanaaman padi
menderita cekaman air (water stress). Gejala umum akibat kekurangan air antara
lain daun padi menggulung, daun terbakar (leaf scorching), anakan padi
berkurang, tanaman kerdil, pembungaan tertunda, dan biji hampa. Tanaman padi
membutuhkan air yang volumenya berbeda untuk setiap fase pertumbuhannya.
Variasi kebutuhan air tergantung juga pada varietas padi dan sistem pengelolaan
lahan sawah. Pengaturan air untuk sistem mina-padi berbeda dengan sawah tanpa
ikan. Ini berarti bahwa pengelolaan air di lahan sawah tidak hanya menyangkut
sistem irigasi, tetapi juga sistem drainase pada saat tertentu dibutuhkan, baik
untuk mengurangi kuantitas air maupun untuk mengganti air yang blama dengan air
irigasi baru sehingga memberikan peluang terjadinya sirkulasi oksigen dan hara.
Dengan demikian teknik pengelolaan air perlu secara spesifik dikembangkan
sesuai dengan sistem produksi padi sawah dan pola tanam.
Suhu
Menurut Hendaryono, (1998) dalam pertumbuhan
dan perkembangannya tanaman mengalami metabolisme atau reaksi biologis. Reaksi
biologi dikendalikan oleh suhu yang dapat mempengaruhi laju difusi dari gas dan
zat cair di dalam tanaman. Kecepatan reaksi biologis tergantung pada suhu.
Makin tinggi suhu udara maka jalannya reaksi akan menjadi semakin cepat, begitu
juga sebaliknya. Pengaruh suhu terhadap tanaman anggrek dapat terlihat pada
saat pembungaan dan pada saat perkembangan vegetatif tanaman, karena suhu dapat
mempengaruhi kestabilan sistem enzim. Pada suhu optimum, sistem ensim berfungsi
baik dan tetap stabil untuk waktu yang lama. Pada suhu dingin, sistem enzim
masih tetap stabil tetapi tidak berfungsi. Sedangkan pada suhu tinggi sistem
enzim akan rusak sama sekali. Keseimbangan berbagai hasil reaksi metabolisme
sel merupakan fungsi suhu, misalnya keseimbangan antara gula, pati dan lemak
akan berubah bila suhunya berubah. Dengan begitu suhu mempunyai pengaruh yang
sangat kuat pada reaksi biokimia dan fisiologi tanaman.
Temperatur untuk pertumbuhan dan perkembangan setiap
jenis tumbuhan berbeda-beda. Temperatur yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan tingkat tinggi berkisar antara 0°C hingga 45°C.
Contohnya, berbagai kultivar gandum (Triticum vulgare) dapat tumbuh pada
kisaran temperatur mendekati 0°C-40°C. Namun, pertumbuhannya akan optimal pada
kisaran temperatur 20°C-25°C. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung (Zea
mays) berkisar antara 30°C-35°C, tetapi jagung tidak dapat tumbuh pada
temperatur di bawah 12°C (Darmono, 2000).
Gambar 4. Kondisi areal sawah desa Sungai Tarab (Peneliti,
2014)
|
Berdasarkan hasil pengamatan pada ekosistem
sawah, kondisi iklim pada saat itu dalam keadaan panas tapi karena adanya
irigasi, sawah tetap memperoleh kecukupan air sampai padi dipanen . Padi sawah
dapat tumbuh pada ketinggian daerah antara 0 - 650 meter dpl dengan suhu antara 22,50c - 26,50c
sedangkan curah hujan yang dikehendaki oleh tanaman ini adalah 1500 - 2000
mm/tahun untuk mendapatkan hasil yang optimal (Aak, dalam Afrizal 2009).
Meskipun suhu berada sekitar 290C-340C padi tetap
tumbuh dengan baik.
Selanjutnya Widyastuti (2005) mengatakan,
kerusakan akibat suhu juga sering terjadi pada pesemaian suhu permukaan tanah
yang cukup tinggi dapat mematikan sel-sel batang semai di dekat permukaan tanah
(Bernard 1990). Kerusakan akibat suhu tinggi dapat di cegah dengan memberikan
naungan pada tempat pesemaian. Tanah yang berwarna gelap mempunyai potensi
lebih tinggi dalam menimbulkan kerusakan dibandingkan tanah yang berwarna
terang. Karena tanah berwarna gelap menyerap radiasi matahari lebih banyak.
Gambar 5. Kondisi pengairan sawah di
Sungai Tarab (Peneliti, 2014)
Cahaya
matahari
Cahaya matahari diperlukan
untuk proses fotosintesis tumbuhan hijau. Cahaya matahari juga memengaruhi suhu
bumi menjadi sesuai untuk kehidupan berbagai makhluk hidup. Sinar matahari
mempengaruhi sistem secara global, karena sinar matahari menentukan suhu. Sinar
matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai
produsen untuk berfotosintesis. Radiasi matahari dalam suatu lingkungan berasal
dari dua sumber utama:
a)
Temperatur matahari yang
tinggi.
b)
Radiasi termal dari tanah,
pohon, awan dan atmosfir.
Fungsi ekosistem yang optimal harus ditunjang
oleh adanya cahaya matahari. Ekosistem yang baik harus mampu mendukung
kehidupan di dalamnya. Salah satu ukuran kualitas suatu ekosistem adalah
terselenggaranya proses produksi atau produktivitas primer yang mempersyaratkan
adanya cahaya untuk keberlangsungannya. Semakin tinggi nilai produktivitasnya
maka semakin besar pula daya dukungnya bagi kehidupan komunitas penghuninya (Anggi, 2010).
Petunjuk variasi dan
kecepatan radiasi matahari, penting untuk mendesain perkandangan ternak, karena
dapat mempengaruhi proses fisiologi ternak. Lingkungan termal adalah ruang
empat dimensi yang sesuai ditempati ternak.. Mamalia dapat bertahan hidup dan
berkembang pada suatu lingkungan termal yang tidak disukai, tergantung pada
kemampuan ternak itu sendiri dalam menggunakan mekanisme fisiologis dan tingkah
laku secara efisien untuk mempertahankan keseimbangan panas diantaratubuhnya
dan lingkungan.
Udara
Selain berperan dalam
menentukan kelembaban, angin juga berperan sebagai penyebaran biji tumbuhan
tertentu. angin diturunkan oleh pola tekanan yang luas dalam atmosfir
yang berhubungan dengan sumber panas atau daerah panas dan dingin
pada atmosfir. Kecepatan angin selalu diukur pada ketinggian tempat
ternak berada. Hal ini penting karena transfer panas melalui konveksi dan
evaporasi di antara ternak dan lingkungannya dipengaruhi oleh kecepatan angin.
Udara di atmosfer tersusun atas nitrogen (N2, 78 %), oksigen (O2,
21 %), karbon dioksida (CO2, 0,03 %), dan gas lainnya. Jadi gas
nitrogen merupakan penyusun udara terbesar di atmosfer bumi (wordpress, 2009)
Menurut Agus dkk (2010) suhu udara suatu wilayah yang
masih didomonasi oleh hamparan lahan sawah yang luas akan relatif lebih sejuk
dibanding dengan wilayah lain yang sudah didomonasi oleh areal permukiman. Hal
ini karena untuk penguapan air dari permukaan sawah diperlukan energi yang
diambil dari panas lahan di sekitar sawah tersebut.
Angin
dan kelembaban
Angin berperan membantu
penyerbukan tumbuhan, menyebarkan spora dan biji tumbuhan. Beberapa serangga
hama tumbuhan dapat diterbangkan oleh angin ke tempat lain yang jauh.
Kelembaban berperan menjaga organisme agar tidak kehilangan air karena
penguapan. Beberapa mikroorganisme seperti jamur dan bakteri hidup di
tempat-tempat yang lembab. Mikroorganisme tersebut tidak dapat hidup
ditempat-tempat kering. Kelembaban adalah jumlah uap air dalam udara.
Kelembaban udara penting, karena mempengaruhi kecepatan kehilangan panas.
Kelembaban dapat menjadi kontrol dari evaporasi kehilangan panas melalui kulit
dan saluran pernafasan (Chantalakhana dan Skunmun, 2002). Kelembaban biasanya
diekspresikan sebagai kelembaban relatif (Relative Humidity = RH) dalam
persentase yaitu ratio dari mol persen fraksi uap air dalam volume udara
terhadap mol persen fraksi kejenuhan udara pada temperatur dan tekanan yang
sama (Yousef, 1984). Pada saat kelembaban tinggi, evaporasi terjadi secara
lambat, kehilangan panas terbatas dan dengan demikian mempengaruhi keseimbangan
termal ternak (Chantalakhana dan Skunmun, 2002).
Keasaman (PH)
Keasaman juga berpengaruh
terhadap mahkluk hidup. Biasanya mahkluk hidup memerlukan lingkungan yang
memiliki PH netral. Mahkluk hidup tidak dapat hidup di lingkungan yang terlalu
asam atau basa. Tanah yang bersifat asam dapat dinetralkan dengan diberikan
bubuk kapur. Tanah berhumus seringkali bersifat asam. Tanah berkapur seringkali
bersifat basa. Tanah bersifat basa dapat dinetralkan dengan diberi bubuk
belerang (wordpress,
2009). Pertumbuhan optimal tanaman padi menghendaki pH 5,5 – 7. Pada pH dibawah
5,5 tanaman masih dapat tumbuh dan dapat memberikan hasil namun kurang
memuaskan dimana tanaman mengalami keracunan Al, Fe, dan Mn (Afrizal, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan pada ekosistem sawah dan
tegalan yang dilakukan, maka diperoleh
pH yaitu berkisar antara 6-7 (netral). Kadar pH
yang netral pada ekosistem tersebut sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman padi.
1.3.2
Komponen Biotik Ekosistem
Sawah Desa Sungai Tarab
Produsen
1)
Tanaman Padi
Produsen adalah makhluk hidup penghasil bahan
organic/makanan yang dibutuhkan oleh makhluk hidup yang lain untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Ciri prosuden
adalah makhluk hidup yang mempunyai klorofil, contohnya: tanaman padi.
Selanjutnya AAK 1990 dalam Afrizal (2009), menjelaskam padi merupakan tanaman semusim,
yang termasuk golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi:
Kingdom :
Plantae
Phylum :
Spermatophyta
Famili :
Graminae
Subfamili :
Oryzidae
Spesies : Oryza sativa
Tanaman padi termasuk keluarga Graminae
batangnya beruas-ruas, berongga di dalamnya dengan tinggi berkisar antara 100 –
150 cm. Tiap-tiap batang tumbuh daun berbentuk pita dan berpelepah membalut
hampir sekeliling batangnya. Perakaran dangkal biasanya hanya sampai pada batas
lapisan atas saja atau sekitar 25 cm dari permukaan tanah.Lebih lanjut Purwono
dan Purnawati, 2007 dalam Afrizal
(2009), terdapat 25 spesies oryza. Jenis yang dikenal adalah Oryza sativa dengan dua sub spesies.
Pertama, yaponica (padi bulu) yang ditanam di daerah subtropis. Kedua, indica
(padi cere) yang ditanam di Indonesia. Adaptasi yaponica yang berkembang
dibeberapa daerah di Indonesia disebut sub spesies javanica. Berdasarkan sistem
budidaya, padi dibedakan dalam dua tipe, yaitu padi kering (gogo) dan padi
sawah. Padi gogo ditanam dilahan kering (tidak digenangi air), sedangkan padi
sawah ditanam di sawah yang selalu tergenang air.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu petani tanggal 20
April 2014, pada ekosistem sawah Sungai Tarab beberapa varietas tanaman padi
antara lain: Batang Pasaman, Sili dan
A1. Pada dasarnya tanaman padi terdiri
dari dua bagian utama, yaitu bagian vegetatif
(akar, batang, dan daun) dan bagian generatif berupa malai dan bunga
(Suparyono dan Setyono, 1993 dalam
Afrizal, 2009). Bagian vegetatif merupakan organ-organ tanaman yang berfungsi
mendukung dan menyelenggarakan proses pertumbuhan, termasuk ke dalam bagian ini
adalah akar, batang, dan daun. Sedangkan organ generatif berfungsi sebagai alat
reproduksi bagi padi sehingga menhasilkan bulir padi yang berisi beras. Baik
itu bagian vegetatif maupun generatif
dalam pertumbuhannya mambutuhkan unsur hara yang cukup (Afrizal, 2009).
Pada umumnya siklus hidup tanaman padi
berbeda-beda menurut varietas dan kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Di
Indonesia, umur tanaman padi berkisar antara 120-210 hari, dengan melalui dua
fase pertumbuhan yaitu: pertumbuhan vegetatif dan perumbuhan generatif.
Pertumbuhan vegetatif dimulai dari perkecambahan benih sampai keluar primordia
yang terdiri dari stadia perakaran, stadia anakn produktif, dan stadia anakan
non produktif (Darwin dalam Syarief,
1988).
Selanjutnya Sumartono et al, 1984 dalam Syarief (1988), menjelaskan bahwa
fase-fase pertumbuhan padi pada periode vegetatif berakhir sampai umur tanaman 60-70 hari sejak
penaburan benih. Periode reproduktif biasanya berlangsung selama 30 hari
setelah periode vegetatif. Selama periode reproduktif ini berlangsung pula fase
primordia, perpanjangan ruas, keluarnya malai dari pelepah daun, berbunga dan
terjadinya persarian. Kemudian tiba pula saatnya periode pemasakan buah (bulir)
yang lamanya berkisar antara 25 – 30 hari. Pada periode ini terjadi fase masak
susu, masak tepung, dan masak gabah.
2)
Vegetasi Rumput
di ekosistem sawah Sungai Tarab
Berdasarkan hasil pengamatan
pada ekosistem sawah Sungai Tarab didominasi oleh berbagai jenis vegetasi
rumput yang juga berperan sebagai produsen dalam ekosistem tersebut. Hal ini
mengakibatkan terjadinya kompetisi dalam penyerapan nutrisi dan zat hara yang
dibutuhkan untuk bagi kedua tanaman. Berbagai jenis vegetasi rumput di
ekosistem sawah dan tegalan dapat dilihat pada lampiran Profil tumbuhan di
sawah dan tegalan desa Sungai Tarab.
BAB II
EKOSISTEM SAWAH KABUPATEN TANAH DATAR
KECAMATAN SUNGAI TARAB
2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Ekosistem Sawah Kabupaten Tanah Datar
Kecamatan Sungai Tarab
Sungai Tarab merupakan salah satu nagari yang sekaligus menjadi nama kecamatan yaitu kecamatan
Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Nagari ini terletak di dekat Batusangkar, ibu kota dari kabupaten Tanah Datar. Nagari
Sungai Tarab memiliki luas wilayah sekitar 12,96 km².
Secara geografis Nagari Sungai Tarab memiliki
batas-batas:
Nagari Sungai Tarab menghampar landai
mengikuti kemiringan Gunung Marapi. Keadaan seperti ini memberi peluang bagi
berkembangnya pertanian. Sumber air yang berada di pinggang Gunung Merapi
dengan mudah mengalir kemana-mana mengairi sawah penduduk. Sehingga dari dulu
sampai sekarang Sungai Tarab merupakan gudang beras di Kabupaten Tanah Datar.
Nagari Sungai Tarab berjarak sekitar 4 km arah ke Utara Kota Batusangkar.
Kabupaten Tanah Datar adalah salah satu kabupaten di
Propinsi SumateraBarat yang dikenal sebagai “Luhak Nan Tuo” terletak pada
00°17”s.d. 00°39” LS dan 100°19” s/d 100°51 BT mempunyai luas 1336,00 Km².
Wilayah administasi Kabupaten Tanah Datar terdiri dari 14 Kecamatan dan 75
Nagari (setingkat Kelurahan).
Secara geografis wilayah Kabupaten Tanah Datar berada
di sekitar kaki gunung Merapi, gunung Singgalang, dan gunung Sago, dan
diperkaya pula dengan 25 sungai. Danau Singkarak yang cukup luas sebagian
diantaranya merupakan wilayah Kabupaten Tanah Datar yakni terletak di Kecamatan
Batipuh Selatan dan Rambatan.
Diantara seluruh
kecamatan yang ada, 3 Kecamatan terletak pada ketinggian antara 750 s.d. 1000
meter di atas permukaan laut, yaitu Kecamatan X Koto, Salimpaung, dan Tanjung
Baru. Sementara itu empat Kecamatan lainnya, yaitu Kecamatan Lima Kaum, Tanjung
Emas, Padang Ganting, dan Sungai Tarab terletak pada ketinggian 450 s.d. 550
meter dari permukaan laut. Sedangkan 7 Kecamatan lagi terletak pada ketinggian
yang bervariasi, misalnya Kecamatan Lintau Buo yang terletak pada ketinggian
antara 200 s.d. 750 meter dari permukaan laut.
Ibukota Kabupaten
Tanah Datar berada di Batusangkar, uniknya Kota Batusangkar ini berada pada
tiga (3) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Lima Kaum, Kecamatan Tanjung Emas,
dan Kecamatan Sungai Tarab. Sedangkan pusat pemerintahan berada di Kecamatan
Tanjung Emas atau tepatnya di Nagari Pagaruyung. Kota Batusangkar ini lebih
dikenal sebagai Kota Budaya, karena di Kabupaten Tanah Datar terdapat banyak
peninggalan dan prasasti terutama peninggalan Istana Basa Pagaruyung yang
merupakan pusat Kerajaan Minangkabau.
Potensi Pertanian
Sub sektor tanaman pangan dan hortikultura
merupakan salah satu sub sektor unggulan daerah. Berdasarkan Data Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tanah Datar Tahun 2010 terlihat bahwa
kontribusi subsektor tanaman pangan dan hortikultura cukup besar, yaitu 37,79%.
Jenis komoditi unggulan tanaman pangan adalah padi, jagung, kacang tanah, ubi
kayu, ubi jalar, kedele serta kacang tanah. Sedangkan komoditi hortikultura
adalah cabe, bawang daun, tomat, wortel, terung, bawang merah, kubis, buncis,
sawi dan kentang, komoditi hortikultura lainnya adalah buah-buahan diantaranya
adalah sawo, alpokat, durian, rambutan dan pisang.
2.2 Fase Dan Tahap-Tahap Pertumbuhan Padi (Oryza sativa)
2.2.1
Fase pertumbuhan padi
Berdasarkan hasil
wawancara dengan salah satu petani tanggal 20 april 2014, pada ekosistem sawah Kabupaten
Tanah Datar Kecamatan Sungai Tarab beberapa varietas tanaman padi antara
lain: A1, Sili dan Batang
Pasaman . Hal ini senada dengan yang disebutkan oleh Kasmayulis Ketua Gabungan Petani Pemakai Air (GP3A).
Pada dasarnya tanaman padi terdiri dari dua bagian utama,
yaitu bagian vegetatif (akar, batang,
dan daun) dan bagian generatif berupa malai dan bunga (Suparyono dan Setyono,
1993 dalam Afrizal, 2009). Bagian
vegetatif merupakan organ-organ tanaman yang berfungsi mendukung dan
menyelenggarakan proses pertumbuhan, termasuk ke dalam bagian ini adalah akar,
batang, dan daun. Sedangkan organ generatif berfungsi sebagai alat reproduksi
bagi padi sehingga menghasilkan bulir padi yang berisi beras. Baik itu bagian
vegetatif maupun generatif dalam
pertumbuhannya membutuhkan unsur hara yang cukup (Afrizal, 2009).
Pada umumnya siklus hidup tanaman padi berbeda-beda menurut
varietas dan kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Di Indonesia, umur tanaman
padi berkisar antara 120-210 hari, dengan melalui dua fase pertumbuhan yaitu:
pertumbuhan vegetatif dan perumbuhan generatif. Pertumbuhan vegetatif dimulai
dari perkecambahan benih sampai keluar primordia yang terdiri dari stadia
perakaran, stadia anakn produktif, dan stadia anakan non produktif (Darwin dalam Syarief, 1988)
Selanjutnya Sumartono, 1984 dalam Syarief (1988), menjelaskan bahwa fase-fase pertumbuhan padi
pada periode vegetatif berakhir sampai umur tanaman 60-70 hari sejak penaburan
benih. Periode reproduktif biasanya berlangsung selama 30 hari setelah periode
vegetatif. Selama periode reproduktif ini berlangsung pula fase primordia,
perpanjangan ruas, keluarnya malai dari pelepah daun, berbunga dan terjadinya
persarian. Kemudian tiba pula saatnya periode pemasakan buah (bulir) yang
lamanya berkisar antara 25 – 30 hari. Pada periode ini terjadi fase masak susu,
masak tepung, dan masak gabah.
Gambar 7. Periode/fase pertumbuhan ( Scribd, 2010)
2.2.2 Tahap-tahap penanaman padi
Pembibitan
Sebelum
ditanam, tanaman padi harus disemaikan terlebih dahulu. Persemaian itu harus
disiapkan dan dikerjakan dengan baik, maksudnya agar diperoleh bibit yang baik,
sehingga pertumbuhannya akan baik pula.
Gambar 8. Pembenihan Padi di Desa Sungai
Tarab (Peneliti, 2014)
Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan persemaian sebagai berikut :
a)
Memilih tempat pesemaian
Tempat
untuk membuat persemaian merupakan syarat yang harus diperhatikan agar
diperoleh bibit yang baik.
1)
Tanahnya harus yang subur, banyak mengandung humus, dan gembur.
2)
Tanah itu harus tanah yang terbuka, tidak terlindung oleh pepohonan,
sehingga sinar matahari dapat diterima dan dipergunakan sepenuhnya.
3)
Dekat dengan sumber air terutama untuk persemaian basah, sebab pesemaian banyak
membutuhkan air. Sedanggkan pesemaian kering dimaksudkan mudah mendapatkan air
untuk menyirami apabila persemaian itu mengalami kekeringan.
4)
Apabila areal yang akan
ditanami cukup luas sebaiknya tempat pembuatan pesemaian tidak berkumpul
menjadi satu tempat tetapi dibuat memencar. Hal itu untuk menghemat biaya atau
tenaga pengangkutannya.
b)
Mengerjakan tanah untuk pesemaian
1)
Pesemaian Kering
Prinsip pembuatan pesemaian
kering sama dengan pesemaian basah. Rumpu-rumput dan sisa-sisa jerami yang ada
harus dibersihkan terlebih dahulu. Tanah dibolak-balik dengan bajak dan
digaru, atau bisa dan halus. juga memakai cangkul yang terpenting tanah menjadi
gembur.
2)
Pesemaian Basah
Dalam membuat pesemaian
basah harus dipilih tanah sawah yang betul-betul subur. Rumput-rumput dan
jerami yang masih tertinggal harus dibeersihkan lebih dulu. Kemudian sawah
digenangi air, maksud digenagi air ini agar tanag menjadi klunak,
rumpput-rumputan yang akan tumbuh menjadi mati, dan bermacam-macam
serngga yang dapat merusak bibit mmati pula.
c)
Penaburan biji
Untuk memilih biji-biji
yang bernas dan tidak, biji harus direndam dalam air. Biji-biji yang bernas
akan tenggelam sedangkan yang biji-biji yang hampa akan terapung. Dan biji-biji
yang terapaung bisa dibuang. Maksud perendaman selain memilih biji yang bernas,
biji juga agar cepat berkecambah. Lama perendaman cukup 24 jam, kemudian bijhi
diambil dari rendaman lalu di peram dibungkus memakai daun pisang dan karung.
Pemeraman dibiarkan selama 8 jam.
Apabila biji sudah
berkecambah dengan panjang 1 mm, maka biji disebar ditempat pesemaian.
Diusahakan agar penyebaran biji merata, tidak terlalu rapat dan tidak terlalu
jarang. Apabila penyebarannya terlalu rapat akan mengakibatkan benih yang
tumbuh kecil-kecil dan lemah, tetapi penyebaran yang terlalu jarang biasanya
menyebabkan tumbuh benih tidak merata.
d)
Pemeliharaan pesemaian
·
Pengairan
Pada pesemaian basah,
begitu biji ditaburkan terus digenangi air selama 24 jam, baru dikeringkan.
Genangan air dimaksudkan agar biji yang disebar tidak berkelompok-kelompok
sehingga dapat merata. Adapun Pengeringan setelah penggenangan selama 24 jam
itu dimaksudkan agar biji tidak membusuk dan mempercepat pertumbuhaan.
Pada pesemaian kering,
pengairan dilakukan dengan air rembesan. Air dimasukan dalam selokan antara
bedengan-bedengan, sehingga bedengan akan terus-menerus mendapatkan air dan
benih akan tumbuh tanpa mengalami kekeringan. Apabila benih sudah cukup besar,
penggenangan dilakukan dengan melihat keadaan. Pada bedengan pesemaian bila
banyak ditumbuhi rumput, perlu digenagi aiar. Apabila pada pesemaian tidak
ditumbuhi rumput, maka penggenangan air hanya kalau memerlukan saja.
·
Pengobatan
Untuk menjaga kemungkinan
serangan penyakit, pesemaian perlu disemprot dengan Insektisida 2 kali, yaitu
10 hari setelah penaburan dan sesudah pesemaian berumur 17 hari.
Pengolahan Tanah
a.
Cara
Mengolah Tanah
Pengolahan tanah untuk
penanaman padi harus sudah disiapkan sejak dua bulan penanaman. Pelaksanaanya
dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu dengan cara tradisional dan cara
modern.
·
Pengolahan tanah sawah
dengan cara tradisional, yaitu pengolahan tanah sawa dengan alat-alat sederhana
seperti sabit, cangkul, bajak dan garu yang semuaya dilakukan oleh nusia atau
dibantu ooleh binatang misalnya, kerbau dan sapi.
·
Pengolahan tanah sawah
dengan cara modern yaitu pengolahaan tanah sawa yang dilaukan dengan mesin.
Dengan traktor dan alat-alat pengolahan tanah yang serba dapat kerja sendiri.
1) Pembersihan
Sebelum tanah sawa dicangkul harus dibersihkan lebih dahulu dari jerami-jerami atau rumput-rumput yang ada. Dikumpulkan di satu tempat atau dijadikan kompos. Sebaiknya jangan dibakar, sebab pembakaran jerami itu akan menghilangkan zat nitrogen yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman.
Sebelum tanah sawa dicangkul harus dibersihkan lebih dahulu dari jerami-jerami atau rumput-rumput yang ada. Dikumpulkan di satu tempat atau dijadikan kompos. Sebaiknya jangan dibakar, sebab pembakaran jerami itu akan menghilangkan zat nitrogen yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman.
2) Pencangkulan
Sawah yang akan dicangkul harus digenangi air terlebih dahulu agar tanah menjadi lunak dan rumput-rumputnya cepat membusuk. Pekerjaan pencangkulan ini dilanjutkan pula dengan perbaikan pematang-pematang yang bocor.
Sawah yang akan dicangkul harus digenangi air terlebih dahulu agar tanah menjadi lunak dan rumput-rumputnya cepat membusuk. Pekerjaan pencangkulan ini dilanjutkan pula dengan perbaikan pematang-pematang yang bocor.
3) Pembajakan
Sebelum pembajakan, sawah harus digenangi air lebih dahulu. Pembajakan dimulai dari tepi atau dari tengah petakan sawah yang dalamnya antara 12-20 cm. tujuan pembajakan adalah mematikan dan membenamkan rumput, dan membenamkan bahan-bahan organis seperti : pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos sehingga bercampur dengan tanah. Selesai pembajakan sawah digenangi air lagi selama 5-7 hari untuk mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman dan melunakan bongkahan-bongkahan tanah.
Sebelum pembajakan, sawah harus digenangi air lebih dahulu. Pembajakan dimulai dari tepi atau dari tengah petakan sawah yang dalamnya antara 12-20 cm. tujuan pembajakan adalah mematikan dan membenamkan rumput, dan membenamkan bahan-bahan organis seperti : pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos sehingga bercampur dengan tanah. Selesai pembajakan sawah digenangi air lagi selama 5-7 hari untuk mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman dan melunakan bongkahan-bongkahan tanah.
4) Penggaruan
Pada
waktu sawah akan digaru genangan air dikurangi. Sehingga cukup hanya untuk
membasahi bongkahan-bongkahan tanah saja. Penggaruan dilakukan berulang-ulang
sehingga sisa-sisa rumput terbenam dan mengurangi perembesan air ke bawah.
Setelah
penggaruan pertama selesai, sawah digenagi air lagi selama 7-10 hari, selang
beberapa hari diadakan pembajakan yang kedua.
Tujunnya yaitu: meratakan tanah, meratakan
pupuk dasar yang dibenamkan, dan pelumpuran agar menjadi lebih sempurna.
2.2.3
Penanaman
a.
Pemilihan bibit
Pekerjaan penanaman
didahului dengan pekerjaan pencabutan bibit di pesemaian. Bibit yang akan
dicabut adalah bibit yang sudah berumur 25-40 hari (tergantung jenisnya),
berdaun 5-7 helai. Sebelum pesemaian 2 atau 3 hari tanah digenangi air agar
tanah menjadi lunak dan memudahkan pencabutan.Caranya, 5 sampai 10 batang bibit
kita pegang menjadi satu kemudian ditarik ke arah badan kita, usahakan
batangnya jangan sampai putus. Ciri-ciri bibit yang baik antara lain:
•
Umurnya tidak lebih dari 40 hari
• Tingginya kurang lebih dari 40 hari
• Tingginya kurang lebih 25 cm
• Berdaun 5-7 helai
• Batangnya besar dan kuat
• Bebas dari hama dan penyakit
• Tingginya kurang lebih dari 40 hari
• Tingginya kurang lebih 25 cm
• Berdaun 5-7 helai
• Batangnya besar dan kuat
• Bebas dari hama dan penyakit
Bibit yang telah dicabut lalu diikat dalam
satu ikatan besar untuk memudahkan pengangkutan. Bibit yang sudah dicabut harus
segera ditanam, jangan sampai bermalam. Penanaman padi yang baik harus
menggunakan larikan ke kanan dank e kiri dengan jjarak 20 x 20 cm, hal ini
untuk memudahkan pemeliharaan, baik penyiangan atau pemupukan dan memungkinkan
setiap tanaman memperoleh sinar matahari yang cukup dan zat-zat makanan secara
merata.
Dengan berjalan mundur tangan kiri memegang
bibit, tangan kanan menanam, tiap lubang 2 atau 3 batang bibit, dalamnya
kira-kira3 atau 4 cm. usahakan penanaman tegak lurus jangan sampai miring.
Usahakan penanaman bibit tidak terlalu dalam ataupun terlalu dangkal.
Usahakan penanaman bibit tidak terlalu dalam ataupun terlalu dangkal.
Bibit yang ditanam terlalu dalam akan
menghambat pertumbuhan akar dan anakannya sedikit. Bibit yang ditanam
terlalu dangkal akan menyebabkan mudah reba atau hanyut oleh aliran
air. Dengan demiikian jelas bahwa penanaman bibit yang terlalu dalam maupun
terlalu dangkal akan berpengaruh pada hasil produksi.
2.2.4
Pemeliharaan
a)
Pengairan
Air merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan
tanaman padi sawah. Masalah pengairan bagi tanaman padi sawah merupakan salah
satu faktor penting yang harus mendapat perhatian penuh demi mendapat hasil
panen yang akan datang.
Air yang dipergunakan untuk pengairan padi di
sawah adalah air yang berasal dari sungai, sebab air sungai banyak mengandung
lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat berguna untuk menambah kesuburan tanah
dan tanaman. Air yang berasal dari mata air kurang baik untuk pengairan sawah,
sebab air itu jernih, tidak mengandung lumpur dan kotoran.
Memasukan air kedalam sawah dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
Air yang dimasukan ke petakan-petakan sawah
adalah air yang berasal dari saluran sekunder. Air dimasukan ke petakan sawah
melalui saluran pemasukan, dengan menghentikan lebih dahulu air pada saluran
sekunder. Untuk menjaga agar genangan
air didalam petakan sawah itu tetap, jangan lupa dibuat pula lubang pembuangan.
Lubang pemasukan dan lubang pembuangan tidak boleh dibuat lurus. Hal ini dimaksudkan agar
ada pengendapan lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat berguna bagi pertumbuhan
tanaman. Apabila lubang pemasukan dan Lubang pembuangan itu dibuat luru, maka
air akan terus mengalir tanpa adanya pengendapan.
Pada waktu mengairi tanaman padi di sawah,
dalamnya air harus diperhatikan dan disesuaikan dengan umur tanaman tersebut.
Kedalaman air hendaknya diatur dengan cara sebagai berikut:
·
Tanaman yang berumur 0-8
hari dalamnya air cukup 5 cm.
·
Tanaman yang berumur 8-45
hari dalamnya air dapat ditambah hingga 10-20 cm.
·
Tanaman padi yang sudah
membentuk bulir dan mulai menguning dalamnya air dapat ditambah hingga 25 cm.
setelah itu dikurangi sedikit demi sedikit.
·
Sepuluh hari sebelum panen
sawah dikeringkan sama sekali. Agar padi dapat masak bersama-sama.
b) Penyiangan dan Penyulaman
Setelah penanaman, apabila
tanaman padi ada yang mati harus segera diganti (disulam). Tanaman sulam itu
dapat menyamai yang lain, apabila penggantian bibit baru jangan sampai lewat 10
hari sesudah tanam. Selain
penyulaman yang perlu dilakukan adalah penyiangan agar rumput-rumput liar yang
tumbuh di sekitar tanaman padi tidak bertumbuh banyak dan mengambil zat-zat
makanan yang dibutuhkan tanaman padi. Penyiangan dilakukan dua kali yang
pertama setelah padi berumur 3 minggu dan yang kedua setelah padi berumur 6
minggu.
c) Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menambah zat-zat
dan unsur-unsur makanan yang dibutuhkan oleh tanaman di dalam tanah. Untuk
tanaman padi, pupuk yang digunakan antara lain:
1) Pupuk
alam, sebagai pupuk dasar yang diberikan 7-10 hari sebelum tanaman dapat
digunakan pupuk-pupuk alam, misalnya: pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos.
Banyaknya kira-kira 10 ton / ha.
2) Pupuk
buatan diberikan sesudah tanam, misalnya: ZA/Urea, DS/TS, dan ZK. Adapun
manfaat pupuk tersebut sebagai berikut:
·
ZA/Urea : menyuburkan
tanah, mempercepat tumbuhnya anakan, mempercepat tumbuhnya tanaman, dan
menambah besarnya gabah.
·
DS/TS : mempercepat
tumbuhnya tanaman, merangsang pembungaan dan pembentukan buah, mempercepat
panen.
·
ZK : memberikan ketahanan
tanaman terhadap hama / penyakit, dan mempercepat pembuatan zat pati.
2.2.5
Saat Panen
Panen
merupakan saat yang ditunggu-tunggu oleh setiap petani. Panen merupakan
kegiatan akhir dari proses produksi di lapangan dan faktor penentu proses
selanjutnya. Pemanenan dan penanganan pasca panen perlu dicermati untuk dapat
mempertahankan mutu sehingga dapat memenuhi spesifikasi yang diminta konsumen.
Penanganan yang kurang hati-hati akan berpengaruh terhadap mutu dan penampilan
produk yang berdampak kepada pemasaran.
Sekitar
sepuluh hari sebelum panen, sawah harus dikeringkan agar masaknya padi
berlangsung serentak. Selain itu, keringnya sawah akan lebih memudahkan
pemanenan. Pemanenan padi harus dilakukan pada saat yang tepat. Panen yang
terlalu cepat dapat menyebabkan kualitas butir gabah menjadi rendah, yaitu
banyak butir hijau atau butir berkapur. Bila hal ini yang terjadi, nantinya
akan diperoleh beras yang mudah hancur saat digiling. Sebaliknya, panen yang
terlambat dapat menurunkan produksi karena banyak butir gabah yang sudah
dimakan burung atau tikus.
Secara
umum padi dikatakan sudah siap panen bila butir gabah yang sudah menguning
sudah mencapai sekitar 80 % dan tangkainya sudah menunduk. Tangkai padi
menunduk karena sarat dengan butir gabah bernas. Untuk lebih memastikan padi
sudah siap panen adalah dengan cara menekan butir gabah. Bila butirannya sudah
keras berisi maka saat itu paling tepat untuk dipanen.
a. Cara Panen
a. Cara Panen
Secara
tradisional padi dipanen dengan ketam. Hanya saja panen dengan alat ketam
tersebut agak lambat dan perlu banyak tenaga kerja sehingga tidak efisien. Agar
panen dapat berlangsung cepat, alat yang digunakan adalah sabit. Dikatakan
cepat karena hanya dengan empat tenaga kerja saja luas areal padi yang dapat
dipanen dapat mencapai 2.500 m² untuk waktu setengah hari. Sementara panen
dengan ketam memerlukan sepuluh tenaga kerja untuk areal yang sama, tetapi
waktunya 2 hari. Panen dengan sabit ini hanya disisakan batang setinggi 20 cm
dari permukaan tanah.
Gambar 9. Pemanenan Padi di Desa Sungai
Tarab (Peneliti, 2014)
b. Perontokan
Setelah dipanen, gabah harus segera dirontokkan dari
malainya. Tempat perontokan dapat langsung dilakukan di lahan atau di halaman
rumah setelah diangkut ke rumah. Perontokan ini dapat dilakukan dengan perontok
bermesin ataupun dengan tenaga manusia. Bila menggunakan mesin, perontokan
dilakukan dengan menyentuhkan malai padi ke gerigi alat yang berputar.
Sementara perontokan dengan tenaga manusia dilakukan dengan cara batang padi
dipukul-pukulkan, malai padipun dapat diinjak-injak agar gabah rontok.
Untuk mengantisipasi agar gabah tidak terbuang saat
perontokan maka tempat perontokan harus diberi alas dari anyaman bambu atau
lembaran plastik tebal (terpal). Dengan alas tersebut maka seluruh gabah
diharapkan dapat tertampung.
Gambar 10. Perontokan
Padi dari malai (Peneliti, 2014)
2.3 Keanekaragaman Hayati Ekosistem Sawah
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tanggal
20 April 2014 di Kabupaten Tanah Datar Desa Batusangkar terdapat berbagai jenis
tanaman yang ada pada ekosistem sawah.
a)
Tanaman padi (Oryza sativa)
Gambar 11. Tanaman
padi Oryza
sativa (Peneliti, 2014)
Menurut
Admin (2011), tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan
banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata – rata 200 mm per bulan
atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per
tahun sekitar 1500 – 2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23
°C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 – 1500 m dpl.
Disamping
itu juga berdasarkan hasil pengamatan terdapat beberapa hama yang sering
menyerang tanaman padi, diantaranya:
1)
Wereng daun padi
Jenis wereng yang menyerang daun padi
diantaranya : Nephotettix inpicticeps,
Nephotettix apicalis, Thaia Sp, dan Inazuma dorsalis. Hama wereng ini merupakan hama penyakit yang
disebabkan oleh virus, misalnya penyakit yellow
dwarf dan orange leaf.
Tanaman padi yang terserang mempunyai ciri-ciri :
(1) terdapat bercak-bercak coklat pada daun
(2) daunnya menguning
(3) pada serangan berat tanaman hama padi
2) Burung
Burung yang sering menyerang tanaman padi
(pada fase masak susu) di antaranya jenis burung pipit, burung gelatik dan
burung tempua/manyar. Untuk menanggulangi adanya serangan berbagai macam burung
tersebut dapat dilakukan cara :
(1) membuat orang-orangan sawah agar burung
itu takut
(2) memasang perangkap burung/ menjaring
4) Tikus
Tikus sawah merupakan hama utama penyebab
kerusakan padi di Indonesia. Penyerangannya di lakukan sejak padi di persemaian
sampai panen, bahkan tikus sawah pun menjadi hama di gudang penyimpanan padi.
Rata-rata kerusakan pada tanaman padi yang di akibatkan serangan hama tikus
sawah mencapai 17% per tahun. Permasalahan ini antara laindisebabkan
pengendalian tikus di tingkat petani dilakukan setelah terjadi serangan (karena
lemahnya monitoring), sehingga penanganan hama tikus menjadi terlambat.
Disamping itu, pemahaman petani mengenai
informasi aspek dinamika populasi tikus, yang menjadi dasar dalam pengendalian
juga masih kurang. Kecenderungan petani masih kurang peduli dalam menyediakan
sarana pengendalian tikus, organisasi pengendalian yang masih lemah, dan
pelaksanaan pengendalian yang tidak berkelanjutan dapat mengakibatkan
meningkatnya hama tikus sawah.
Menurut Kusnaedi (1999), upaya pengendalian
hama tikus yang umum dilakukan adalah:
a)
Pengemposan; pengemposan dilakukan dengan cara memberikan
asap belerang pada lubang-lubang tikus dengan tujuan agar tikus yang berada
dalam lubang tersebut keracunan yang pada akhirnya akan mati. Cara ini cukup
efektif dalam mengendalikan hama tikus secara langsung. Namun bila lokasi tikus
berada jauh di dalam sedangkan gas belerang yang dimasukkan tidak mencapainya,
cara ini tidak akan berhasil. Selain itu cara pengemposan ini cukup mahal.
b)
Pemberian racun; penggunaan
racun adalah cara yang paling banyak digunakan petani dalam mengendalikan
tikus. Saat ini telah banyak dijual berbagai jenis racun tikus dengan
keunggulan masing-masing. Penggunaan racun ini dilakukan dengan memberikan
rodentisida pada makanan tikus sebagai umpan. Hanya saja, penggunaan racun ini
selain kurang efektif tetapi juga akan membunuh musuh alami yang memakan tikus
ini.
c)
Perangkap; banyak
alat-alat yang dapat dirancang untuk menangkap tikus. Dengan menggunakan
perangkap ini selain murah, juga aman bagi manusia maupun bagi musuh
alaminya.Namun demikian, pemakaian alat perangkap ini harus memperhatikan jenis
umpan yang digunakan.Terkadang tikus jeli terhadap suatu umpan atau hapal pada
suatu jebakan.Oleh kerana itu diperlukan adanya variasi umpan dan jebakan yang
tidak mudah dihapal tikus. Penggunaan umpan yang mencolok seperti ubi-ubian
yang dipasang pada tanaman palawija yang belum menghasilkan umbi akan menarik
perhatian tikus. Beberapa perangkap tikus yang sering digunakan antara lain : perangkap
kawat, perangkap jepit, jala kremat, lubang bambu, dan lain-lain.
d)
Gropyokan adalah
gerakan pembasmian hama yang dilakukan secara massal dengan cara pemburuan
bersama-sama. Pengendalian gropyokan melibatkan seluruh masyarakat. Sistem
gropyokan ini akan lebih efektif bila hasil tangkapannya dapat dimanfaatkan
untuk keperluan lain atau ada upah bagi yang menangkap hama. Pemanfaatan hasil
tangkapan merupakan salah satu faktor yang dapat memotivasi semaraknya sistem
gropyokan.Hama tikus yang berhasil ditangkap dapat dimanfaatkan kulitnya untuk
menjadi bahan kulit.Sayangnya di Indonesia sistem gropyokan hanya dilakukan
pada awal-awal tanam atau saat tertentu saja.
e)
Penggunaan musuh alami; dalam jaring-jaring makanan, tikus merupakan
pemakan omnivora yang juga bisa dimakan oleh musuh alaminya. Musuh alami
(predator) pada prinsipnya hewan lain yang memangsa organisme lain untuk
mempertahankan hidupnya dan dilakukan secara berulang-ulang. Sampai saat ini
penggunaan predator tikus masih belum umum dilakukan. Hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan petani sendiri terhadap hama tikus. Penanggulangan tikus
dengan melepas dan menjaga kelangsungan hidup musuh alaminya akan membantu
mengurangi populasi tikus yang ada. Adapun predator yang paling ditakuti tikus antara
lain: kucing, anjing terlatih , burung hantu, ular sawah, dan burung elang.
5)
Keong
Keong mas (Pomaceae
canaliculata Lamarck) atau dikenal GAS (golden apple snail) sering dianggap
biang kegagalan panen padi. Keong mas merupakan salah satu jenis mollusca. Selain menjadi hama padi,
keong mas sebenarnya juga memiliki potensi ekonomi cukup tinggi kalau bisa
memanfaatkannya.
Keong ini termasuk hewan berjenis kelamin tunggal.
Perkawinan keong mas dapat dilakukan sepanjang musim. Seekor keong mas mampu
memproduksi sekitar 1.000-1.200 butir telur setiap bualn atau 200-300 butir
tiap minggu. Stadium paling merusak ketika keong mas berukuran 10 mm (kira-kira
sebesar biji jagung) sampai 40 mm (kira-kira sebesar bola pimpong). Hewan ini
dapat hidup pada air yang memiliki pH 5-8, serta toleransi suhu antara 18-28
derajat celcius. Pada suhu lebih tinggi, keong mas makan lebih cepat, bergerak
lebih cepat, dan tumbuh lebih cepat. Pada suhu yang lebih rendah, keong mas
masuk ke dalam lumpur dan menjadi tidak aktif. Pada suhu di atas 32 derajat
celcius, hewan ini memiliki tingkat mortalitas yang tinggi.
Gambar 12. Keong di sawah (Peneiti, 2014)
Hewan ini dapat menyerang tanaman padi muda, baik di
persemaian maupun bibit yang baru di pindahkan ke sawah. Dengan kepadatan
populasi sekitar 10-15 ekor per meter persegi, keong mas mampu menghabiskan
padi muda dalam waktu 3 hari jika air sawah dalam keadaan tergenang dan
menimbulkan kerusakan yang cukup berat bagi daerah persawahan. Para petani juga
kehilangan bibit yang ditanam dan harus menyulamnya kembali. Keong mas sangat
mengganggu lahan pertanian sehingga disebut hama unggul, karena memakan segala
tanaman terutama tanaman padi muda dan bibit.
Menurut Fryer (1988), terdapat beberapa tindakan yang
dapat dilakukan dalam pemberantasan gulma padi diantaranya:
a)
Tindakan pencegahan
Ini melibatkan usaha dan perlakuan untuk mencegah gulma
berbuah atau bercokol dalam tanaman atau antara tanaman yang satu dengan
tanaman yang lainnya. Dalam kasus tanaman padi, pemakaian biji tanaman yang
bersi, penyusunan pupuk yang tepat, kebersihan peralatan dan pencegahan air
mengalir dan tanah larut, dapat merintangi penyebaran benih gulma yang
terlibat.
b)
Penyiapan tanah untuk pemberantasan gulma.
Ini termasuk: meratakan, membajak, menggaru,
mengikat, penghalusan tanah dan mengkombinasikannya.Pada tanaman padi,
pemerataan tanah dan menggenangnya (dengan air) istimewa pentingnya, member
keseragaman dalam aspek-aspek ekologis pada kelompok gulma dan menunjang kepada
pencegahan perkecambahan biji-biji tanaman dan kepada peningkatan keefektifan
cara-cara pemberantasan yang lain.
Gambar 13. Gulma Padi (Peneliti, 2014)
Selanjutnya, yang belakangan memberikan keampuhan yang lebih tinggi pada herbisida di sawah-sawah jika
dikombinasikan dengan manajemen air. Karena itu penggenangan air telah
dilakukan sebelum penanaman padi, sebagai tindakan yang perlu untuk
pemeliharaan pupuk dalam tanah dan membantu manajemen air dalam penanaman padi.
Hal ini harus diakui sebagai bantuan terhadap pemberantasan gulma.
c)
Penyiangan primitif dengan tangan (manual)
Ini dapat meliputi beberapa macam cara-cara
pemberantasan, yang hampir semuanya memerlukan jumlah buruh yang luar biasa.
Memotong gulma dengan alat yang sederhana yang disebut ‘tajak’ atau machete
atau sejenis pisaulainnya, sebelum penanaman, telah sering dilakukan
kawasan-kawasan tropik berkembang. Membasmi gulma dengan tangan terhadap
tanaman yang berasal dari biji, segera setelah penanaman padi, telah dilakukan
di seluruh jepang sejak 30 tahun yang lalu.
d)
Penyiangan mekanis
Ini melibatkan pembuangan dari dalam tanah
atau pembunuhan kecambah gulma dan tanaman gulma yang lanjut usia dengan alat
rotari (tajak berputar) yang didorong dengan tangan dan alat-alat penyiang yang
berbentuk keranjang yang beroperasi antar barisan (tanaman).
e)
Pengolaan air
Ini merupakan cara yang sangat penting untuk memberantas
atau menebas gulma rumput pada padi yang direndam air, dan kombinasi pengolaan
air dengan cara-cara lain seperti aplikasi zat kimia dan persiapan tanah memberi
hasil yang lebih tinggi. Pada umumnya, perendaman yang dalam tanpa menekan
pertumbuhan tanaman padi, efektif untuk memberantas kedua-duanya, di sawah,
yaitu gulma kering dan basah.
Menurut Smith dan Shaw (1996) dalam Fryer 1977, kedalaman dan pada saat perendaman padi sangat
mengatur tingkat serangan rumput, sebangsa jewawut Echinochloa (barnyardgrass) dan sprangletop, khusus dalam asosiasi
dengan suhu air. Selanjutnya drainase pengeringan air sawah yang tuntas dan
tepat waktunya, dapat menolong dalam pemberantasan gulma air yang banyak,
termasuk ganggang dan dueksalad.
f)
Rotasi tanaman
Hal ini dipakai secara luas, bukan saja untuk memajukan
dan mempertahankan produksi padi dengan jalan meringankan kekurangan-kekurangan
tanah, tetapi juga untuk memberantasan gulma-gulma padi.
2.4 Interaksi Antara Tumbuhan Pada Ekosistem Sawah
Simbiosis adalah bentuk interaksi yang sangat
erat dan khusus antara dua makhluk hidup
yang berlainan jenis. Makhluk hidup yang melakukan simbiosis disebut
simbion.
Dalam komunitas, semua
organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling
berhubungan melalui keragaman interaksinya. Interaksi antarkomponen ekologi
dapat merupakan interaksi antarorganisme, antarpopulasi, dan antarkomunitas.
1. Interaksi
antar organisme
Semua makhluk hidup selalu
bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu
berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu
dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi
demikian banyak kita lihat di sekitar kita.
Interaksi antarorganisme
dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi
antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut:
1)
Netral adalah hubungan
tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat
tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral.
2)
Predasi adalah hubungan
antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa
mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai
pengontrol populasi mangsa. Contoh : burung hantu dengan tikus.
3)
Parasitisme adalah hubungan
antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme hidup pada
organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat
merugikan inangnya.
4)
Komensalisme adalah
merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk
kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan
dan spesies lainnya tidak dirugikan.
5)
Mutualisme adalah hubungan
antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah
pihak.
2. Interaksi
Antarpopulasi
Antara populasi yang satu
dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak
langsung dalam komunitasnya.Contoh interaksi antar populasi adalah sebagai
berikut:
Alelopati merupakan
interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat
menghalangi tumbuhnya populasi lain. Kompetisi merupakan interaksi
antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga
terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan
antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.
3. Interaksi
Antar Komunitas
Komunitas adalah kumpulan
populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling berinteraksi. Contoh
komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah disusun oleh
bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma.
Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan
dekomposer. Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk
peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari
kedua komunitas tersebut.
Interaksi antarkomunitas
cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi
dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya pada daur
karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan
darat.
4. Interaksi
Antarkomponen Biotik dengan Abiotik
Interaksi antara komponen
biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubungan antara organisme dengan
lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain
aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik,
keanekaragaman biotik, serta siklus materi.
Dengan adanya interaksi-interaksi
tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan
untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem.
Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya
dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.
Simbiosis paratisme, yaitu: interaksi dua individu/
populasi di mana salah satu individu untung, sedang simbion pasangannya rugi
contohnya:
1)
Padi dan tikus, dimana tikus dapat menyerang tanaman padi pada berbagai fase
pertanaman padi fase vegetatif tikus akan memutuskan batang- batang padi
sehingga tampak berserakan. Tikus akan menggigit lebih dari jumlah yang di
butuhkan untuk di makan. Kerusakan akibat serangan tikus bersifat khas, yaitu di
tengah- tengah petakan sawah tampak gundul, sedangkan bagian tepi biasanya
tidak diserang.Tikus juga menyerang bendengan persemaian dengan memakan benih-
benih yang disebar, atau mencabut tanaman –tanaman yang baru tumbuh.
2)
Fase generatif, tikus- tikus akan memakan malai yang terbentuk dan
bulir- bulir padi yangmulai menguning, sehingga dapat menyebabkan kehilangan
hasil secara langsung.Kerusakan tidak akan terlihat dari jarak yang agak jauh
sampai persentase serangan mencapai 15%.Serangan tikus lebih berat pada musim
hujan dari pada musim kemarau
3)
Burung dengan padi, burung- burung hama padi memakan langsung bulir padi
yang sedang menguning sehingga menyebabkan terjadinya kehilangan hasil secara
langsung. Diantara burung- burung ini , bondol hitam dan bondol uban memegang
perananyang lebih penting.Kedua burung ini dapat menyebabkan patahnya malai
karena mereka sering hinggap secara bersama- sama padi.
4)
Keong, hewan ini dapat menyerang tanaman padi muda, baik di persemaian
maupun bibit yang baru di pindahkan ke sawah.Dengan kepadatan populasi sekitar
10- 15 ekor per meter persegi , keong mas
mampu menghabiskan padi muda
dalam waktu 3 hari jika air sawah dalam keadaan tergenang dan menimbulkan kerusakan yang cukup berat bagi daerah persawahan ( Ismon, 2006). Para petani juga kerap
kehilangan bibit yang ditanam dan harus menyulamnya kembali. Keong mas sangat mengganggu lahan pertanian sehingga di sebut hama unggul, karena memakan
segala tanaman terutama tanaman padi muda dan bibit.
5)
Serangga, pada serangga- serangga hama yang mengalami metamorphosis
sederhana, umumnya nimfa dan imago mempunyai habitat yang sama.Mereka sama- sama
aktif makan dan sama- sama merusak tanaman atau dengan kata lain limfa dan imago semuannya menjadi hama.Akan tetapi,
tidak demikian halnya bagi serangga hama
yang mengalami metamorphosis sederhana.
6)
Dekomposer (pengurai) merupakan organisme yang mengurai sisa- sisa
organisme untuk memperoleh makanan atau
memperoleh makanan atau bahan organik yang di perlukan.Penguraian memungkinkan
zat- zat organik yang komplek terurai menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Kemudian
dapat di mamfaatkan kembali oleh produsen. Organisme yang termasuk dekomposer
adalah bakteri dan jamur.(Aryulina, 2007).
7)
Detrivitor adalah organisme yang memakan pertikerl-partikel organik atau
detritus. Detritus merupakan pancuran jaringan
hewan atau tumbuhan.Organisme detrivitor antara lain cacing tanah,
sifut, keluwing, bintang laut, dan kutu kayu. (Aryulina, 2007).
Menurut Elfis
(2010), komponen biotik ialah faktor yang meliputi semua mahluk hidup dibumi,
baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, dan mikroorganisme berperan
sebagai dekomposer. Berdasarkan fungsinya komponen Biotik dibedakan atas:
1)
Produsen
Produsen merupakan
organisme yang mampu membentuk makananya sendiri dari zat-zat organik melalui
proses fotosintesa dan klorofil. Organisme ini disebut autotrof karena mampu
membentuk makanannya sendiri juga menyediakan kebutuhan makhluk hidup lainnya.
Contoh: tumbuhan hijau (padi).
2)
Konsumen
Konsumen adalah sekelompok
makhluk hidup yang memakan produsen dan hewan lainnya. Kelompok ini tidak mampu
membuat makanannya sendiri dari bahan anorganik. Karena itu, ia sangat
tergantung pada organisme produsen. Organisme konsumen disebut heterotrof. Pada
konsumen juga terdapat tingkatan lagi. Hewan yang memakan organisme produsen
disebut konsumen primer. Jenisnya terdiri dari herbivora dalam struktur trofik
menduduki tingkat trofik kedua. Konsumen yang memakan herbivora disebut
konsumen sekunder dan terdiri dari hewan-hewan karnivora atau omnivora.
Konsumen trofik ini berada pada tingkat trofik ketiga. Contoh: belalang,
burung, siput dan lain-lain.
3)
Pengurai
Pengurai merupakan
organisme yang menguraikan sisa-sisa makhluk hidup lainnya yang telah mati
menjadi zat-zat anorganik. Zat ini tersimpan dalam tanah dan dimanfaatkan
tumbuhan sebagai bahan makanannya. Organisme pengurai adalah bakteri dan jamur.
2.5
Rantai dan Jaring – jaring Makanan Ekosistem Sawah
Sebelum menjelaskan tentang
jaring – jaring makanan terlebih dahulu kita membahas tentang rantai makanan.
Rantai
Makanan
Rantai
makanan adalah perjalanan makan dan dimakan dengan urutan tertentu antar
makhluk hidup.
Didalam
ekosistem tumbuhan sawah bertingkat dilihat dari segi rantai makanannya
disetiap fase-fase penanaman padi memiliki beberapa bentuk rantai makanan
yaitu:
a.
Rantai makanan fase Pembenihan
Padi
|
keong
|
Manusia
|
b.
Rantai
makanan fase prapanen
|
c.
Rantai makanan fase panen
Urutan peristiwa makan dan dimakan di atas dapat
berjalan seimbang dan lancar bila seluruh komponen tersebut ada. Bila salah
satu komponen tidak ada, maka terjadi ketimpangan dalam urutan makan dan
dimakan tersebut. Agar rantai makanan dapat terus berjalan, maka jumlah
produsen harus lebih banyak daripada jumlah konsumen kesatu, konsumen kesatu
lebih banyak dari pada konsumen kedua, dan begitulah seterusnya. Ada satu lagi
komponen yang berperan besar dalam rantai makanan, yaitu pengurai. Pengurai
adalah makhluk hidup yang menguraikan kembali zat-zat yang semula terdapat
dalam tubuh hewan dan tumbuhan yang telah mati. Hasil kerja pengurai dapat
membantu proses penyuburan tanah. Contoh pengurai adalah bakteri dan jamur
Bagan Jaring-jaring Makanan pada Ekosistem
Sawah
Pada
sebuah ekosistem terdapat banyak komponen. Komponen-komponen ekosistem, antara
lain, produsen, konsumen dan pengurai.
Gambar 18. Jaring-jaring makanan (peneliti, 2014)
1)
Produsen.
Semua
tumbuhan hijau adalah produsen dalam sebuah ekosistem. Produsen artinya
penghasil, yaitu menghasilkan bahan-bahan organik bagi makhluk hidup lainnya.
Contoh produsen adalah padi, ubi, sagu,dan tomat.
2)
Konsumen.
Konsumen
adalah pemakai bahan organik yang dihasilkan oleh produsen. Berikut ini
beberapa tingkatan konsumen menurut apa yang dimakan.
a)
Konsumen Tingkat I. Konsumen tingkat I adalah makhluk hidup yang
memperoleh energi langsung dari produsen. Contohnya (ulat dan belalang )
b)
Konsumen Tingkat II. Konsumen tingkat II adalah makhluk hidup yang
memperoleh makanan dari konsumen
tingkat I. Contohnya ( ayam dan tikus )
c)
Konsumen Tingkat III. Konsumen tingkat III adalah makhluk hidup yang
memperoleh makanan dari konsumen tingkat II. Contohnya ( ular dan elang )
3) Pengurai
Pengurai
adalah makhluk hidup yang menguraikan kembali zat-zat yang semula terdapat
dalam tubuh hewan dan tumbuhan yang telah mati. Pengurai membantu proses
penyuburan tanah. Misalnya, bakteri dan jamur.
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan pada tanggal 20 April 2014 di Kabupaten Tanah Datar
Kecamatan Sungai Tarab terdapat
berbagai jenis tanaman yang ada pada ekosistem sawah bertingkat (Tabel 4).
Tabel .4 Nama tanaman dan jumlah individu
keanekaragaman tumbuhan pada ekosistem
sawah bertingkat
Keterangan :
Jumlah
tanaman < 10 batang = sedikit
Jumlah
tanaman 10-20 batang = sedang
Jumlah
tanaman > 20 batang = banyak
|
Piramida makanan
Struktur trofik dapat diukur dan
dideskripsikan dengan istilah biomassa (standing crop) persatuan luas atau
dengan pernyataan jumlah energy yang terikat persatuan luas, persatuan waktu pada
setiap trofik yang berurutan. Pada setiap tahap dalam rantai makanan akan ada
sejumlah energi yang hilang karena tidak terasimilasi atau lepas sebagai panas,
sehingga organisme yang berada pada ujung tingkat trofik akan memperoleh energi
lebih kecil. Dengan kata lain, jika makin panjang rantai makanan, energi yang
tersedia bagi kelompok organisme yang terakhir semakin kecil. Apabila energy
yang tersedia dalam suatu rantai makanan itu disusun secara berurutan
berdasarkan urutan tingkat trofik maka membentuk kerucut yang dikenal dengan
piramida ekologi (Indriyanto, 2008).
Menurut Odum dalam
Indriyanto (2008) piramida ekologi dapat di golongkan kedalam tiga tipe
piramida yaitu:
a)
Piramida jumlah
Piramida jumlah yaitu piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan
jumlah individu organisme pada tiap
tingkatan trofik jadi dalam piramida jumlah yang dilukiskan adalah jumlah
organisme yang berada pada tiap tingkat trofik. Oleh karena itu, jika ukuran
atau kekuatan organisme makin bertambah pada tiap tingkat trofik, maka jumlah
organisme pada tiap tingkat trofik secara berurutan makin berkurang kecuali
untuk tingkat pengurai.
Jumlah individu pada setiap tingkat trofik digambarkan dengan piramida
jumlah. Piramida jumlah umumnya berbentuk menyempit keatas (Aryulina, 2008).
b)
Piramida biomassa
Piramida biomassa yaitu piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan
atau peningkatan biomassa organisme pada tiap tahap tingkatan trofik. Pada
ekosistem daratan memiliki jumlah organisme produsen yang lebih banyak
dibandingkan jumlah organisme konsumen pada tiap tingkat trofik, dan siklus
hidup organisme produsen pada umumnya lebih panjang maka biomassa semua
produsen pada setiap waktu selalu lebih besar, sedangkan biomassa konsumen
makin kecil menuju kepuncak piramida.
Berkurangnya transfer energi pada setiap tingkat trofik dapat
digambarkan dengan piramida biomassa. pada piramida biomassa setiap tingkat
trofik menunjukkan berat kering dari seluruh organisme ditingkat trofik
tersebut pada suatu waktu. Piramida biomassa umumnya juga berbentuk menyempit
dari dasar kepuncak karena perpindahan energi karena tingkat trofik yang
efisien (Aryulina dkk, 2008).
c)
Piramida Energi
Piramida
energi yaitu piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan energi pada tiap
tahap tingkatan trofik. Pada setiap urutan tingkat trofik terjadi kehilangan
energi. Kehilangan energi yang terjadi pada setiap urutan tingkat dapat
dipahami melalui termidinamika II bahwa setiap ada perubahan energi akan
menimbulkan hilangnya energi yang tidak dapat dielakkan ini, maka total jumlah
energi pada tingkat trofik lebih rendah. Energi pada herbivora dalam suatu
komunitas ekosistem lebih rendah daripada produsen (tumbuhan) dalam komunitas
atau ekosistem yang sama. Energi pada karnivora lebih kecil daripada energi
pada herbivora dan seterusnya, sehingga bentuk piramida energi adalah piramida
tegak.
Menurut Arina dkk (2008), dalam suatu ekosistem
meskipun energi kimia sebagian besar hilang pada setiap tingkat trofik tetapi
materi pada setiap tingkat trofik tidak hilang. Materi berupa unsur-unsur
penyusun bahan organik tersebut di daur ulang. Unsurr-unsur tersebut masuk
kedalam komponen biotic melalui udara, tanah atau air. Air sebagai pelarut
unsur-unsur kimia merupakan komponen tersebar penyusun tubuh organisme. Air
juga mengalami daur ulang di alam. Daur ulang air dan unsur-unsur kimia
melibatkan makhluk hidup dan batuan (geofisik) sehingga disebut daur
biogeokimia.
Lebih lanjut
Aryulina (2008), menjelaskan berikut ini akan dijelaskan beberapa daur
biogeokimia:
Daur air
Air di atmosfer berbentuk uap air. Uap air
ini berasal dari air di daratan dan laut yang menguap karena panas cahaya
matahari. Uap air di atmosfer terkondensasi menjadi awan yang turun kedaratan
dan laut dalam bentuk hujan. Air hujan di daratan masuk kedalam tanah membentuk
air permukaan dan air tanah. Tumbuhan darat menyerap air yang ada didalam
tanah. Dalam tubuh tumbuhan air mengalir selanjutnya melalui transpirasi uap
air dilepaskan oleh tumbuhan ke atmosfer. Hewan memperoleh air langsung dari
air permukaan serta dari tumbuhan yang dimakan sedangkan manusia menggunakan
seperempat air tanah danair permukaan sebagian mengalir kesungai, kemudian
kedanau atau kelaut.
Ganbar 22. Siklus air (Aryulina, 2008)
Daur karbon
Unsur
karbon terdapat di atmosfer dalam bentuk gas karbondioksida (CO2).
Karbondioksida masuk kedalam komponen biotik melalui produsen. Produsen didarat
dan aquatic menggunakan karbondioksida untuk membentuk bahan organic berupa
senyawa karbon, yaitu glukosa. Glukosa dihasilkan oleh proses fotosintesis.
Bahan organic yang mengandung unsure karbon tersebut ditransfer ke hewan dan
manusia secara langsung maupun tidak langsung melalui rantai makanan.
Dikerak
bumi terdapat karbon dalam bentuk batu bara dan minyak bumi (bahan bakar
fosil). Jumlah karbondioksida di atmosfer bervariasi bergantung musim bahan
bakar penggunaan oleh manusia, sehingga memungkinkan terjadi ketidakseimbangan.
Pada perairan karbondioksida dapat larut air dan diserap langsung oleh
organisme autotrof.
Gambar 23.
Siklus karbon (Aryulina, 2008)
Daur nitrogen
Unsur
nitrogen sebagian besar terdapat di atmosfer dalam bentuk gas nitrogen (N2).
Organisme yang dapat mengikat (fiksasi) nitrogen adalah bakteri. Nitrogen yang
diikat oleh bakteri tersebut di ubah menjadi amonia (NH3). Nitrogen
dapat diserap oleh tumbuhan dalam bentuk ammonia. Penguraian nitrogen menjadi
ammonia disebut amonifikasi. Amonia kemudian dirombak oleh bakteri nitrit
menjadi ion nitrit (NO2-). Ion nitrit selanjutnya
dirombak oleh bakteri nitrat menjadi ion nitrat (NO3-).
Nitrogen dalam bentuk ion nitrat selain diserap oleh tumbuhan untuk memenuhi
kebutuhan nitrogennya juga digunakan oleh bakteri tanah untuk memperoleh
oksigen. Proses perombakan ion nitrat oleh bakteri denitrifikasi menghasilkan
nitrogen. Nitrogen yang dihasilkan akan kembali keatmosfer.
Gambar 24. Siklus nitrogen (Aryulina,
2008)
Daur fosfor
Fosfor
merupakan elemen penting dalam kehidupan karena semua makhluk hiodup
membutuhkan fosfor dalam bentuk ATP (Adenosin Trifosfat), sebagai sumber energy
untuk metabolisme sel. Fosfor terdapat dialam dalam bentuk ion fosfat (PO43).
Ion fosfat terdapat dalam bebatuan. Adanya peristiwa erosi dan pelapukan
menyebabkan fosfat terbawa menuju sungai hingga laut membentuk sedimen. Adanya
pergerakan dasar bumi menyebabkan sedimen yang mengandung fosfat muncul
kepermukaan. Didarat tumbuhan mengambil fosfat yang terlarut dalam air tanah.
Bakteri dan jamur mengurai bahan-bahan anorganik didalam tanah lalu melepaskan
fosfor yang kemudian diambil oleh tumbuhan.
Gambar 25. Siklus Phospor
Daur sulfur
Tumbuhan
menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4). Perpindahan sulfat
terjadi melalui proses rantai makanan lalu semua makhluk hidup mati dan akan
diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri yang
terlibat dalam daur sulfur akan mereduksi sulfat menjadi sulfide dalam bentuk
hydrogen sulfide (H2S). kemudian digunakan oleh bakteri fotoautotrof
anaerob dan melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur dioksidasi menjadi sulfat
oleh bakteri kemolitotrof.
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Suatu ekosistem pada dasarnya merupakan suatu sistem
ekologi tempat berlangsungnya sistem pemprosesan energi dan perputaran materi
oleh komponen-komponen ekosistem dalam waktu tertentu (Elfis, 2010). Ekosisitem
disusun oleh komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi, komponen biotik terdiri dari :produsen,
konsumen dan pengurai. Dan komponen abiotiknya antara lain Air, cahaya, tanah
dll.
Interaksi antara komponen
biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubungan antara organisme dengan
lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain
aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik,
keanekaragaman biotik, serta siklus materi.
1.2 SARAN
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak
kekurangan dikarenakan atas keterbatasan wawasan dalam membuat makalah ini.Oleh
karena itu diharapkan kepada bapak dan rekan-rekan agar dapat memaklumi,dan
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar lebih baik lagi
DAFTAR
PUSTAKA
Admin.http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0030%20Bio%201-7a.htm
Admin. http://dewaarka.wordpress.com, 2009. Diakses 11 Mei
2013
Admin.http://apradiblog.blogspot.com/2009/11/pencemaran-dan-kerusakan-lingungan.html. Diakses 18 Mei 2013
Admin.http://id.wikipedia.org/wiki/Padang_Laweh,_Sungai_Tarab,_Tanah_Datar
Elfis.
2010. http://elfisuir.blogspot.(Diakses: 10 Mei 2011)
Subagyono, Kasdi. Dariah, Ai. Surmaini, Elsa.
Kurnia, Undang. 2010. Tanah Sawah dan Teknologi Pengolahannya: Pengolahan Air
pada Tanah Sawah. Balai Pustaka: Jakarta
Tjahjono, Budi dan Harahap, Idham Sakti. 1992.
Pengendalian Hama Penyakit Padi. Penebar Swadaya: Jakarta
|
Elang
|
mput
|
Ular
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar